Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Peringatan Dini Gempa, UI Pasang 3 Kentongan Modern EWAS di Kampung Tepi Selat Sunda

Penyerahan sekaligus pemasangan alat peringatan dini gempa di kampung di tepi Selat Sunda tersebut ditujukan sebagai kegiatan pengabdian masyarakat.

23 November 2024 | 21.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Perangkat pendeteksi kedatangan gempa Earthquake Warning Alert System (EWAS) buatan ahli geologi dari Universitas Indonesia. ANTARA/Humas Universitas Indonesia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Fakultas MIPA Universitas Indonesia (UI) menyerahkan tiga unit alat deteksi guncangan gempa bumi, Earthquake Warning Alarm System (EWAS), di Kampung Pasuruan, Desa Umbul Tanjung, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Penyerahan sekaligus pemasangan alat peringatan dini gempa di kampung di tepi Selat Sunda tersebut ditujukan sebagai kegiatan pengabdian masyarakat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Supriyanto, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat FMIPA UI, menjelaskan EWAS dikembangkan oleh para ahli kebumian dari Departemen Geosains FMIPA UI. Bak kentongan modern, sistem bekerja dengan mengirim sinyal peringatan secara otomatis dan cepat ketika terjadi guncangan gempa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sinyal berupa bunyi sirine keras ini akan terdengar dalam waktu kurang dari 5 detik setelah gempa terjadi," katanya melalui keterangan tertulis.

Dengan adanya EWAS, Supriyanto menerangkan, masyarakat tidak perlu menunggu pesan SMS atau WhatsApp yang baru diterima 5-10 menit setelah gempa. "Begitu alarm berbunyi, masyarakat harus segera ke luar bangunan dan menuju tempat yang lebih aman,” ujarnya menambahkan. 

Di Kampung Pasuruan, Desa Umbul Tanjung, keberadaan EWAS diharapkan dapat membantu masyarakat dan pemerintah setempat dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gempa dan tsunami. Selat Sunda dikenal sebagai wilayah dengan potensi gempa tektonik yang tinggi karena adanya pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia yang aktif bergerak.

Ada juga ancaman serupa peristiwa tsunami pada 22 Desember 2018 yang diakibatkan oleh letusan anak Gunung Krakatau (gempa vulkanik). Tsunami saat itu menghantam pesisir Banten, menyebabkan 426 orang tewas, 7.202 orang terluka, dan 23 orang hilang.

"Potensi gempa Selat Sunda perlu mendapat perhatian serius karena wilayah ini dekat dengan banyak permukiman padat penduduk dan destinasi wisata pantai,” kata Supriyanto sambil menambahkan, berdasarkan data Dukcapil 2023, jumlah penduduk Desa Umbul Tanjung mencapai 5.052 jiwa, mayoritasnya adalah nelayan.

Sebanyak tiga unit EWAS dipasang di tiga titik lokasi di Kampung Pasuruan, Desa Umbul Tanjung, yaitu Masjid Al-Magfiroh, Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah, dan Kantor Desa Umbul Tanjung, yang berjarak sekitar 300 meter antar titik. Sebelumnya, alat kentongan modern itu juga telah dipasang peneliti FMIPA UI di berbagai daerah di Indonesia, seperti Banyuwangi, Sukabumi, Ambon, dan Lombok. 

Sekretaris Desa Umbul Tanjung, Oman HM, menyampaikan apresiasi atas bantuan yang diberikan oleh tim Pengabdian Masyarakat FMIPA UI. Ia berharap dengan adanya EWAS, kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman gempa bumi dapat meningkat 24 jam sehari. Dengan demikian, risiko jumlah korban jiwa akibat runtuhan bangunan dapat diminimalkan.

“Kami juga berharap kehadiran EWAS ini memberi edukasi kepada warga tentang pentingnya mitigasi bencana dan langkah-langkah yang harus diambil ketika terjadi bencana,” kata Oman.

 

 

 

Irsyan Hasyim

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus