Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DENGAN menciptakan sensor seukuran dua jari manusia, tiga mahasiswa Departemen Teknik Biomedis Johns Hopkins University mengkonversi telepon seluler menjadi alat penganalisis darah dan pendeteksi anemia. Inilah HemoGlobe, alat buatan George Chen, Noah Greenbaum, dan Justin Rubin, yang mudah dibawa ke mana-mana.
Cara kerjanya sederhana. Dengan sepotong kabel, sensor dihubungkan ke telepon seluler. Pasien tinggal meletakkan salah satu ujung jari di atas sensor yang akan memancarkan cahaya dengan panjang gelombang berbeda. Cahaya itu menembus kulit dan mendeteksi kadar hemoglobin berdasarkan warna darah. Data yang dihasilkan lalu dikirim ke telepon seluler untuk diterjemahkan dan ditampilkan hasilnya.
Tak cuma menunjukkan terjangkit anemia atau tidak, telepon seluler bisa sekaligus menginformasikan seberapa parah gejala anemia yang diderita. Dengan ponsel ini diharapkan pasien berkesempatan melakukan pengobatan sedini mungkin, dari mengkonsumsi suplemen zat besi hingga rajin mengunjungi dokter bila dirasa perlu.
Tak cuma itu. Saat anemia terdeteksi, telepon yang digunakan buat melakukan diagnosis otomatis mengirim data ke server untuk diolah menjadi peta real-time terjadinya anemia di sebuah wilayah. Data pada server bisa menjadi referensi bagi pejabat kesehatan yang berkaitan dengan penanganan dan pengobatan agar lebih terfokus dan efektif.
Biaya pembuatan alat ini tergolong murah, US$ 10-20 per unit. Inovasi ini berangkat dari keprihatinan terhadap banyaknya ibu dan bayi yang meninggal akibat anemia di negara dunia ketiga. “Alat ini bisa mendeteksi dan melaporkan kondisi wanita hamil dan bayi yang baru lahir dengan cepat dan aman,” kata penasihat proyek HemoGlobe, Soumyadipta Acharya.
Ibu hamil yang menderita anemia berpotensi menghadapi komplikasi penyakit sebelum dan setelah melahirkan, termasuk kematian. Risiko serupa terjadi pada bayi yang dikandung dan dilahirkan.
Akhir Juli lalu, HemoGlobe menjadi salah satu dari 12 pemenang dalam kompetisi Saving Lives at Birth: A Grand Challenge for Development, menyisihkan 500 peserta dari 60 negara. Pada kompetisi yang disponsori sejumlah organisasi kesehatan itu, tim HemoGlobe mendapat penghargaan berupa hibah US$ 250 ribu. Dana ini akan digunakan untuk perbaikan teknologi dan pengujian pemakaian HemoGlobe di Kenya tahun depan.
Cara kerjanya sederhana...
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo