Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Zat pewarna makanan telah digunakan sejak berabad-abad silam. Ada berbagai jenis pewarna makanan buatan. Konsumsinya meningkat hingga 500 persen dalam lima dekade terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Inovasi pada pewarna makanan buatan menimbulkan kekhawatiran pada efek kesehatan manusia. Sebuah penelitian mengungkapkan salah satu efeknya adalah hiperaktif pada anak yang sensitif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 1973, seorang ahli alergi anak mengklaim bahwa hiperaktif dan masalah belajar pada anak-anak, biang keroknya adalah pewarna makanan buatan dan pengawet dalam makanan. Meskipun kala itu hanya sedikit pengetahuan yang mendukung klaimnya.
Untuk solusi masalah ini, dokter memperkenalkan diet eliminasi. Dilansir dari laman Healthline, diet ini sebagai pengobatan untuk attention deficit hyperacy disorder (ADHD) yang menghilangkan semua pewarna makanan buatan dengan berbagai jenis bahan buatan lainnya.
Berbanding terbalik dengan sebelumnya, penelitian pada 1978 justru menemukan tidak adanya perubahan perilaku anak-anak yang diberi dosis pewarna makanan buatan. Mulai saat itu, beberapa studi lainnya menemukan hasil yang bertentangan pula.
Penelitian berikutnya menemukan ada hubungan kecil namun signifikan antara pewarna makanan buatan dan hiperaktif pada anak-anak. Zat aditif pewarna makanan buatan bersama natrium benzoat meningkatkan hiperaktif pada anak usia tiga tahun dan kelompok anak berusia delapan dan sembilan tahun. Namun, karena peserta penelitian ini menerima campuran bahan, sulit untuk menentukan apa yang menyebabkan hiperaktif.
Akan halnya menghilangkan pewarna makanan buatan dari makanan itu bersama dengan pengawet natrium benzoat, secara signifikan mengurangi gejala hiperaktif, ini hasil uji klinis pada penelitian yang diterbitkan pada tahun 2004 di National Library of Medicine. Apalagi, sekitar 73 persen anak-anak dengan ADHD menunjukkan penurunan gejala ketika pewarna dan pengawet makanan buatan dihilangkan.
Jenis pewarna makanan buatan tartrazine dikaitkan erat dengan perubahan perilaku, seperti cepat marah, gelisah, depresi, dan kesulitan tidur. Hasil ini dikuatkan dengan analisis pada 2004 dari 15 studi yang menyimpulkan bahwa pewarna makanan meningkatkan hiperaktif pada anak-anak.
Reaksi terhadap pewarna makanan buatan bisa berbeda pada setiap anak. Para peneliti dari Universitas Southampton menemukan komponen genetik yang menentukan bagaimana pewarna makanan itu dapat mempengaruhi anak.
Sedagkan efek dari zat pewarna makanan juga telah diamati pada anak-anak dengan dan tanpa ADHD. Ditemukan beberapa anak tampaknya jauh lebih sensitif terhadap pewarna daripada yang lainnya.
Baca juga: Zat Pewarna Makanan yang Berefek Buruk dan yang Tidak
RAHMAT AMIN SIREGAR