Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para penemunya di Oregon State University, Amerika, menyebutnya: reaktor air mini (small light water reactor). Memang dia supermungil: panjang 20 meter, diameter lapisan pelindung (containment) cuma empat meter. Ini hanya sepersembilan dari pembangkit listrik tenaga nuklir paling kompak saat ini.
Perusahaan milik Oregon State, NuScale Power, memperkenalkan prototipe si mini bulan lalu. Katanya, teknologi ini memungkinkan reaktor nuklir diangkut dengan kapal, kereta, atau truk—hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Sebuah terobosan menarik pada zaman krisis energi.
Sebagai alternatif bagi generator minyak, pembangkit ini diklaim jauh lebih efisien dan ramah lingkungan dibanding generator berbahan bakar batu bara. Dia tak melepaskan gas rumah kaca ke udara. Ongkos produksinya lebih murah Rp 200 setiap kilowatt per jam. Bayangkan, butuh 3.024 ton batu bara untuk menghasilkan energi setara dengan yang dihasilkan fisi setiap kilogram uranium.
NuScale akan memasarkan pembangkit berkapasitas 45 megawatt per jam—cukup untuk 45 ribu rumah—ini pada 2015.
Menguapkan Air
Energi dari fisi uranium memanaskan air di dalam reaktor. Pemanasan itu menghasilkan uap yang kemudian dialirkan untuk menggerakkan turbin. Berikut dua model reaktor air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo