AMERIKA Serikat gigit jari menghadapi program ruang angkasanya. Hari-hari ini sedang dibicarakan apakah negara itu masih akan mengirimkan astronaut ke ruang angkasa dalam masa dekat. Banyak ahli di negara itu pesimistis - dan Dr. Pratiwi, dari Indonesia, mungkin harus kecewa tak jadi mengangkasa. Di tengah keadaan itu, Uni Soviet terasa berjaya. Akhir Mei lalu, dua kosmonautnya bertamasya ke ruang angkasa, bahkan menyelenggarakan semacam demonstrasi bagi jutaan penonton televisi. Leonid Kizim dan Vladimir Solovyov, kedua kosmonaut itu, keluar dari pesawat Salyut-7 yang membawa mereka, dan memasang sebuah menara penelitian setinggi 15 meter yang terbuat dari logam khusus. Menara, yang mengorbit di atas Laut Hitam itu, sebenarnya dirancang bisa membuka sendiri. Namun, barangkali untuk kepentingan "show", akhir Mei lalu itu, menara tersebut dikonstruksikan kedua kosmonaut selama 1 jam 54 menit. Dan seluruh peristiwa itu direly, hingga bisa disaksikan jutaan penonton televisi di Uni Soviet. Menara yang memiliki lampu merah di puncaknya tampak indah dengan latar belakang biru cerah di ruang angkasa. Masih dalam rangka demonstrasi, setelah selesai membangun konstruksi, kedua kosmonaut tak segera kembali ke kabin Salyut-7. Mereka mengecek kabel-kabel transmisi dan pelataran yang penuh dengan peralatan penelitian. Sementara Uni Soviet membenahi stasiun ruang angkasanya, salah satu sektor penting dalam program peluncuran satelit dan penelitian ruang angkasa, Amerika Serikat sibuk pada "titik nol". Negara yang dulunya unggul dalam program ruang angkasa kini pusing memikirkan, "kendaraan" apa yang harus digunakan untuk mencapai langit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini