Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin atau RSHS Bandung dan Kedokteran Nuklir Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) mengoperasikan alat baru untuk mendeteksi kanker pada tahap awal serta sejumlah penyakit lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alat Positron Emission Tomography/Computed Tomography (PET/CT) Scan dan SPECT (Single-Photon Emission Computerized Tomography) itu mulai dipakai perdana pada 7 Juni 2024. “Alat ini memungkinkan deteksi kanker pada tahap awal,” kata Direktur Utama RSHS Bandung Jimmy Panelewen saat peresmian alat, Rabu, 12 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, selain untuk deteksi kanker, alat itu bisa digunakan untuk pemeriksaan jantung dan prostat, serta untuk mengevaluasi fungsi organ dan memantau efektivitas terapi yang sedang dijalani pasien. “Sehingga bisa memberikan perawatan yang lebih tepat dan efektif,” ujarnya.
Direktur Medik dan Keperawatan RSHS Bandung Iwan Abdul Rachman mengatakan alat baru itu diperoleh dari Kementerian Kesehatan yang dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) lewat Program Percepatan Ekonomi Nasional pada 2022. “Alat kamera gamma dengan teknologi canggih itu sebuah unit untuk PET CT Scan dan SPECT,” kata dia.
Sebelum dipakai, alat itu telah mengantongi izin penggunaan dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) yang dikeluarkan 19 Desember 2023, serta izin Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM pada 2 Mei 2024.
Dokter konsulen Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Hussein S. Kartamihardja mengatakan, PET CT Scan menjadi detektor dari radiasi yang dimasukkan ke dalam badan pasien untuk mengikuti mekanisme tubuh. “Di kedokteran nuklir kami memberikan radiasi ke pasien dengan cara disuntikkan atau diminum,” ujarnya. Dokter spesialis menggunakan radiasi dari sinar Gamma, Alpha, dan Beta.
Prinsip dasar metode pemeriksaan itu pada perubahan yang terjadi pada fungsi organ hingga tingkat molekulernya. Hussein mencontohkan pemeriksaan pada pasien yang mengalami gagal ginjal atau transplantasi ginjal. Pada pemeriksaan dengan PET CT Scan, ginjal itu tidak akan terdeteksi karena fungsi organnya sudah tidak berfungsi. “Inilah kenapa pemeriksaannya disebut sensitif,” kata dia.
Kedokteran nuklir merupakan bagian dari bidang ilmu spesialis mandiri yang memakai radiasi, seperti juga radiologi diagnostik, dan radio terapi. Bedanya, antara lain radiologi menggunakan sinar X, sementara untuk terapi menggunakan sinar Beta dan Alpha. “Karena mempunya kemampuan daya tembus yang pendek, khususnya Alpha yang sekarang banyak dilakukan penelitian,” ujar Hussein.
Menurutnya, PET CT Scan tidak hanya bisa dipakai untuk onkologi atau pemeriksaan kanker, tapi juga akan berperan dalam kardiologi seperti deteksi kondisi jantung dan penyakit di otak.
Pilihan Editor: Oppo Reno 12 dan 12 Pro Akan Tersedia di Pasar Global Mulai 18 Juni, Fokus pada Fitur Fotografi