Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Rumah Limbah Sawit Siap Pakai

PARA peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merancang rumah panel ringkas dari bahan komposit yang ringan dan kuat.

26 November 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merancang rumah panel ringkas dari bahan komposit yang ringan dan kuat. Rumah komposit ini cocok untuk para pengungsi yang sangat membutuhkan hunian layak saat kondisi darurat bencana. "Komponennya sudah lolos uji ketahanan api dan air," ujar Direktur Pusat Teknologi Material BPPT Asep Riswoko, Kamis pekan lalu.

Bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bogor, BPPT menguji dua rumah komposit di Kampung Muara Kidul, Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat. Pengujian ini akan dilakukan selama tiga bulan. "Selain sosialisasi, kami ingin mendapatkan umpan balik dari pengguna rumah komposit ini," kata Asep.

Ide penelitian rumah komposit ini muncul pada 2013 ketika para peneliti BPPT mencari material komposit untuk aplikasi yang mudah dibangun. Aplikasi rumah untuk kondisi darurat dipilih karena memerlukan bahan ringan dan kuat tapi bisa cepat dibangun. "Material komposit yang diuji beragam, dari campuran serbuk kayu, serat kaca, sampai Styrofoam," tutur Asep.

Pembuatan material komposit juga bisa menjadi jawaban untuk mengolah limbah pohon kelapa sawit tua yang ditebang guna regenerasi tanaman perkebunan. BPPT lantas menyambut tawaran kerja sama riset dari Universitas Riau untuk mengolah limbah pohon sawit. Menurut Asep, campuran limbah kayu dan sabut sawit dibuat menjadi panel kayu lapis (plywood).

Asep mengatakan aplikasi panel komposit bisa membantu memenuhi kebutuhan rumah darurat yang mencapai 6 juta unit per tahun. Komponen rumah komposit itu dirancang sesuai dengan pesanan dan bersifat modular. "Di lapangan tinggal pasang dan bisa langsung dihuni."

Menurut Asep, Badan Nasional Penanggulangan Bencana merekomendasikan hunian darurat berukuran minimal 2 x 3 meter. Ruangan seluas itu dinilai cukup untuk memberikan privasi dan naungan selama masa mengungsi. "Soal ukuran bisa disesuaikan dan kami punya aplikasi rumah panggung juga," katanya.

Dua unit rumah yang diuji coba di Bogor berukuran 16 meter persegi dan 36 meter persegi. Dibanding model hunian konvensional, rumah komposit ini jauh lebih mudah dan cepat dibangun. "Rumah komposit yang di Bogor itu bisa dibangun oleh tim amatir, dalam semalam beres," ujar Asep.

Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material BPPT Hammam Riza mengatakan bagian tersulit dalam membentuk aplikasi komposit adalah mencari material penyusun yang cocok. Kriterianya antara lain kuat, ringan, tahan api, sulit ditembus air, serta tahan korosi dan perubahan cuaca ekstrem.

Riset rumah komposit juga dilakukan di kawasan pesisir Baron, Gunungkidul, Yogyakarta. Rumah itu menjadi tempat pelatihan dan studi untuk mengetahui tingkat korosi terhadap material logam yang digunakan sebagai pengunci panel. "Sudah satu setengah tahun ini berdiri."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus