TAK di jagat nyata, di dunia maya pun akhirnya berlaku pembredelan. Pada pekan kedua Desember 2001, Uni Eropa mengeluarkan keputusan drastis di bidang teknologi informasi, yakni membatasi secara ketat arus pengiriman e-mail komersial tanpa izin atau disebut spam.
Keputusan melalui voting dalam sidang para menteri telekomunikasi Uni Eropa di Brussels, Belgia, itu diketuk setelah beberapa bulan terjadi silang pendapat antara pemerintah dan parlemen. ”Kami menuju pilihan akhir tanpa kompromi terhadap spam,” kata Menteri Telekomunikasi Belgia, Rik Daems.
Itulah vonis pemberangusan spam, yang dalam bentuk e-mail dan sms komersial di Eropa sudah amat meresahkan. Menurut laporan tahunan Komisi Eropa, banjir spam telah mengakibatkan pengguna internet merogoh kocek sampai Euro 10 miliar atau sekitar US$ 8,8 miliar per tahun. Kerugian itu dihitung berdasarkan ongkos akses internet para pengguna untuk menghapus spam yang mampir ke alamat e-mail-nya setiap pekan.
Di ranah internet, spam merupakan teknik pemasaran modern lewat iklan murah meriah tapi bisa langsung ke konsumen. Iklan dimaksud mulai dari tawaran berteman, kartu kredit, kebugaran, barang-barang, hingga kunjungan ke situs porno. Biasanya spam dikirim ke pemilik alamat e-mail gratis yang nyantol di jaringan internet seperti Yahoo.com, Hotmail.com, ataupun Netaddress.com.
Spam tergolong informatif. Tapi ia bikin kesal, karena belum tentu berguna buat pengguna internet. Bahkan, bila pemilik alamat e-mail tak rajin menghapus spam, serangan iklan itu bisa menggerogoti jatah daya tampung pesan e-mail yang rata-rata 10 megabyte.
Untuk melindungi pengguna internet, spam akhirnya dibredel. Para menteri telekomunikasi Eropa juga meminta kalangan pengusaha untuk menjaga etika bisnis di internet, dengan cara minta izin kepada calon konsumen sebelum mengirimkan tawaran. Rencananya, Uni Eropa juga akan melindungi pengguna ponsel dengan membredel pengiriman sms komersial tanpa izin.
Begitulah keputusan dari 15 anggota negara Uni Eropa, yang disambut gembira oleh para pengguna internet, sebagaimana diberitakan melalui situs ZDNet dan kantor berita AP. Sementara itu, di Jepang, rancangan aturan (lihat infografis) untuk membatasi spam yang diajukan pemerintah hingga saat ini belum jua disetujui parlemen.
Padahal, spam di Negeri Sakura itu telah menjadi problem sepanjang tahun ini, sejak layanan akses internet tanpa kabel raksasa telepon seluler NTT DoCoMo menerima banjir kiriman e-mail. ”Lebih dari 9,5 juta pesan e-mail datang ke server kami. Se-banyak 8 juta di antaranya secara acak di-kirimkan tanpa identitas alamat pengirimnya,” kata Keiji Tachikawa, bos NTT DoCoMo di Tokyo, awal November 2001.
Sebenarnya, kalangan pengusaha penyedia layanan e-mail gratis tak tinggal diam terhadap spam. Yahoo.com, misalnya, se-lalu memberikan pemahaman tentang isi referensi berikut layanan filter spam kepada setiap pendaftar e-mail. Netaddress.com juga mencantumkan kebijakan antispam di halaman depannya. Bahkan pengelola Netaddress melindungi pelanggannya dengan menyediakan filter spam berlapis.
Hal serupa dilakukan pula oleh Hotmail.com. Layanan e-mail gratis milik Microsoft ini menyediakan filter spam, dengan memberikan alternatif menghapus atau mengeblok e-mail tak dikenal.
Bersamaan dengan itu, beberapa perusahaan membuka layanan pengelolaan terhadap spam bagi pemilik alamat e-mail yang tak ingin pusing. Contohnya MonsterMail, perusahaan software Amerika Serikat, pada Oktober 2001 meluncurkan layanan filter spam dengan tarif langganan US$ 6,95 (sekitar Rp 70 ribu) per tiga bulan. MonsterMail akan segera menambahkan program filter pada alamat e-mail yang hendak dilindungi. Dengan antivirus McAfee, MonsterMail juga selalu memindai setiap e-mail yang masuk.
Dwi Arjanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini