KETIKA ahli-ahli peternakan Selandia Baru berkunjung ke Lombok, mereka terkejut melihat sapi-sapi di pulau itu bisa mencapai berat sampai satu ton. Pekan lalu, Mataram menerima rombongan Ketua BKPM/Menteri Ginandjar Kartasasmita dan Kadin Indonesia. Pemasaran sapi super dari Lombok itu akan segera digalakkan. Selain untuk ekspor, juga untu konsumsi hotel internasional di dalam negeri, yang kini masih mengimpor daging. Sebagai salah satu kawasan penyuplai utama daging sapi, sudah lama Nusa Tenggara Barat (NTB) berusaha meningkatkan produksi, antara lain dengan mencari bibit unggul. Mulanya dengan mendatangkan bibit dari Bali -- yang dianggap terbaik di Indonesia. Namun, hasilnya tidak terlalu memuaskan. Berat sapi hanya mencapai rata-rata 400 kilogram, bahkan banyak yang di bawah itu. Percobaan terakhir yang dilakukan di Lombok adalah mengawinkan sapi Bali dengan bibit sapi Simmental. Hasilnya diberi nama Simbal. Menurut Ir. Sugeng Prasetyo ahli inseminasi buatan dari Fakultas Peternakan Universitas Mataram, Simmental, salah satu jenis sapi tertua di dunia, berasal dari Lembah Simmen, di Swiss. "Sapi ini popule hampir di seluruh Eropa, karena memilik kemampuan individu yang lebih tinggi dari sapi jenis lain," kata Sugeng. Maksudnya sapi ini lebih mudah dipelihara, dan kemampuannya mengubah makanan menjadi daging pun sangat tinggi. Menurut Ir. Muchlas Said dari Dina Peternakan NTB, untuk keperluan pengembangan jenis sapi di Lombok disediakan tiga jenis bibit. Selain Simmental, ada pula Here ford dan Limousine. "Tapi yang populer dan banyak membawa hasil memang Simmenta itu," kata Said. Ia menambahkan, bibit ini didatangkan dari Selandia Baru dalam "ampul" sebesar isi pulpen yang dimasukkan ke dalam container berisi nitrogen cair pada suhu 32 derajat Celsius. Setiap ampul beris 25 juta sel sperma. Octos dan Agus, dua ekor sapi Simba yang ditinjau para ahli Selandia Baru, berusia tiga tahun. Beratnya mencapai 1.400 kilogram. "Saya tak sombong, sapi Simbal saya tak kalah dengan yang di Tapos, milik Pak Harto," kata M. Bajri, pemilik kedua sapi itu. Jis Laporan Supriyanto Khafid (Ja-Tim)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini