Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tikus memainkan peran penting dalam penelitian medis karena membantu peneliti mempelajari kondisi manusia yang kompleks. Tikus kerap dijadikan hewan percobaan karena memiliki proses biologis yang mirip dengan manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Medical News Today, tikus adalah model hewan percobaan yang paling umum digunakan dalam penelitian medis dan ilmiah karena beberapa hal, yaitu kesamaan genetik, kesamaan sistemik, keuntungan ekonomi, dan pemahaman mekanisme beberapa penyakit manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain tikus, berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:
1. Babi Guinea
Babi Guinea adalah satu-satunya hewan pengerat yang biasa digunakan dalam penelitian. Sebab, babi Guinea lebih jinak dengan biaya perawatan relatif lebih rendah. Meskipun tidak berkarakter sebaik tikus, tetapi hewan ini memiliki banyak kesamaan karakteristik dengan manusia.
Keunggulan hewan ini untuk penelitian karena memiliki kemampuan merangkum patologi kasar dan histologis yang terlihat dengan banyak penyakit virus manusia. Biasanya, hewan ini sering digunakan untuk mempelajari virus DNA dan virus RNA negatif. Selain itu, babi Guinea menjadi hewan percobaan yang sering digunakan untuk beberapa patogen pernapasan, termasuk virus syncytial dan influenza.
2. Hamster
Hamster pernah menjadi salah satu model hewan yang paling umum digunakan dalam penelitian virus, terutama hamster Suriah. Keuntungan menggunakan hamster dalam penelitian adalah tingkat penyakit spontan sangat rendah dibandingkan hewan lain.
Akibatnya, hamster dapat dikombinasikan dengan kerentanan terhadap banyak virus. Selain itu, hamster juga mereproduksi banyak aspek sindrom paru hantavirus (virus Sin Nombre), termasuk masa inkubasi dan patologi penyakit yang terlihat pada manusia.
Dikutip dari Ncbi.nlm.nih.gov, hamster juga sangat mahir dalam memperkuat banyak virus, termasuk virus Choriomeningitis limfositik. Dengan kekebalannya ini, hamster digunakan untuk mempelajari kegigihan dan penumpahan virus. Namun, sistem kekebalan hamster berbeda secara substansial dari sistem kekebalan tubuh manusia. Akibatnya, hamster memiliki keterbatasan untuk studi respons imun terhadap infeksi.
3. Ayam
Meskipun jarang digunakan sebagai hewan percobaan untuk mempelajari virus manusia, tetapi ayam pernah berperan penting dalam bidang virologi tumor. Selain itu, ayam juga telah berperan penting dalam mengungkap dasar seluler dari sistem kekebalan adaptif.
Ayam juga telah memberikan kontribusi yang berharga untuk pengembangan vaksin pada 1930-an. Kala itu, peneliti membudidayakan virus yang tidak terkontaminasi untuk pertama kalinya dengan telur ayam. Setelah itu, telur ayam embrionasi menyebabkan pengembangan vaksin untuk beberapa penyakit virus, termasuk demam kuning dan cacar.
4. Kelinci
Dilansir dari Understanding Animal Research, kelinci relatif mudah berkembang biak sehingga tidak harus menjalani prosedur invasif. Selain itu, kelinci mereka memiliki umur pendek alami sehingga berguna untuk studi tentang reproduksi, proses penuaan, dan perkembangan fisik.
Kelinci paling sering digunakan dalam produksi dan penelitian antibodi. Sistem kekebalan Kelinci mampu mengenali keragaman antigen jauh lebih luas dibandingkan tikus. Kelinci juga merupakan hewan besar sehingga mampu menghasilkan jumlah antibodi lebih banyak tanpa membahayakan hewan lain. Adapun beberapa penyakit telah diuntungkan dari produksi antibodi dan penelitian menggunakan kelinci, seperti Covid-19.
Pilihan Editor: Di Amerika, Bikin Obat tak Perlu Lagi Uji ke Hewan Percobaan