Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sidang isbat merupakan acara yang diadakan untuk menentukan besaran hilal sebagai pedoman awal Ramadan bagi umat Islam di Indonesia. Momentum serupa juga digelar saat menentukan awal bulan Syawal yang menandai Hari Raya Idul Fitri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari laman Kementerian Agama, Kemenag menggelar sidang isbat untuk menetapkan kapan Ramadan pada Jumat malam, 28 Februari 2025. Sidang ini dihadiri oleh berbagai pihak, seperti perwakilan ormas Islam, MUI, BMKG, dan ahli falak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia menantikan datangnya bulan suci Ramadan, yang dimulai dengan penentuan awal bulan melalui hilal atau bulan sabit pertama.
Proses ini dilakukan dengan menggelar sidang isbat yang dipimpin oleh Kementerian Agama Indonesia.
Penentuan Ramadan dengan Hilal
Pada setiap bulan dalam kalender Hijriah, bulan baru dimulai dengan munculnya hilal, yang menandakan bahwa bulan tersebut telah dimulai. Proses ini dimulai dengan fenomena astronomi yang dikenal sebagai ijtima’, yaitu konjungsi antara Matahari, Bulan, dan Bumi, yang menandai pergantian bulan.
Pada hari ke-29 bulan dalam kalender Hijriah, umat Islam di seluruh dunia akan mencari hilal di langit barat setelah matahari terbenam. Jika hilal terlihat, maka hari berikutnya dianggap sebagai hari pertama bulan baru.
Namun, jika hilal tidak terlihat, maka bulan tersebut akan dianggap memiliki 30 hari, dan bulan baru dimulai keesokan harinya. Pengamatan hilal dilakukan di berbagai tempat di seluruh dunia untuk memastikan kesepakatan tentang awal bulan.
Biasanya, pengamatan hilal dilakukan oleh badan atau otoritas yang berwenang, seperti Kementerian Agama di Indonesia, atau lembaga-lembaga lain yang memiliki otoritas dalam bidang ini.
Pengamatan ini sangat penting karena setiap negara atau wilayah dapat memiliki perbedaan dalam visibilitas hilal tergantung pada lokasi geografisnya. Hal ini kadang-kadang menyebabkan perbedaan tanggal dalam menentukan awal Ramadan, meskipun bulan yang sama dimulai di seluruh dunia.
Apa Itu Hilal?
Bulan memiliki delapan fase, dimulai dengan fase bulan baru (new Moon), di mana sisi bulan yang menghadap Bumi tidak mendapatkan cahaya Matahari, sehingga bulan tidak terlihat sama sekali.
Setelah itu, fase berikutnya adalah bulan sabit berkembang (waxing crescent), di mana sebagian kecil permukaan bulan mulai diterangi cahaya Matahari dan terlihat dari Bumi. Fase inilah yang disebut hilal dan menandai dimulainya bulan baru dalam kalender Islam.
Setiap bulan dalam kalender Islam dapat memiliki 29 atau 30 hari, tergantung pada apakah hilal pertama terlihat pada malam ke-29 atau tidak. Setelah fase bulan sabit berkembang, bulan akan melanjutkan siklusnya hingga fase bulan sabit mengecil (waning crescent).
Menurut Royal Museums Greenwich, seluruh siklus ini berlangsung selama 29,5 hari. Setelah itu, siklusnya akan dimulai lagi dengan bulan baru.
Mengapa Islam Menggunakan Hilal?
Penggunaan hilal dalam penentuan bulan baru dalam Islam sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Dalam hadis, disebutkan bahwa umat Islam harus melihat hilal untuk menentukan awal bulan, termasuk bulan Ramadan.
Dikutip dari National Geographic, kalender Islam bersifat lunar atau berdasarkan siklus bulan, yang memiliki 12 bulan dalam setahun, dengan total 354 atau 355 hari. Hal ini menjadikan kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibandingkan kalender Gregorian yang menggunakan perhitungan matahari.
Hilal menjadi alat utama dalam menentukan awal Ramadan karena penetapan hari pertama puasa sangat bergantung pada pengamatan hilal. Di Indonesia, rukyatul hilal atau pengamatan hilal dilakukan setiap tahun untuk memastikan bahwa umat Islam memulai ibadah puasa pada waktu yang sama.
Meskipun perhitungan astronomi dapat memberikan prediksi yang akurat mengenai posisi hilal, pengamatan langsung tetap menjadi praktik yang diutamakan untuk memastikan hilal terlihat dengan jelas.
Selain itu, pengamatan hilal juga menjadi simbol spiritual bagi umat Islam. Melihat hilal menjadi bentuk kesatuan umat dalam merayakan ibadah yang sama. Di samping itu, penentuan hilal ini juga menunjukkan pentingnya ilmu pengetahuan dalam agama Islam, karena proses ini melibatkan astronomi untuk memastikan kebenaran pengamatan.
Pilihan editor: Kementerian Agama Gelar Sidang Isbat Secara Tertutup Malam Ini