WARNANYA sama, abu-abu. Namun, yang satu ini bukan semen sembarang semen. Partikelnya lebih bulat dan halus. Namanya fly ash cemen (FAC) alias semen abu terbang. Bahan bakunya: abu limbah pembakaran PLTU Suralaya (yang menggunakan bahan bakar batu bara), yang selama ini dibiarkan menumpuk dan mubazir. Sebetulnya telah setahun ini pabrik semen Tiga Roda menggunakan abu limbah itu untuk membuat FAC. Tapi publikasinya baru dilakukan belakangan, setelah diperoleh bukti tentang kebolehannya. Sebagai pendatang baru, FAC dipersiapkan mampu bersaing dengan semen konvensional. "Pengerjaan beton jadi lebih mudah," ujar Daddy Setiadi, Direktur Riset Semen Tiga Roda. Kehalusan itu juga menjadikan beton lebih masif dan kompak. Pada umur 28 hari setelah pengecoran, memang kekuatan FAC masih 330-370 kg/cm2. Sepuluh persen lebih rendah dibanding rata-rata kekuatan portland, semen konvensional. Namun, beton itu berkembang dengan bertambahnya waktu. Setahun setelah pengecoran, dalam riset Tiga Roda, kekuatan FAC bisa bertambah sampai 70 persen, sementara beton portland paling hanya bertambah 30 persen. Kekuatan ekstra itu memang dihadirkan oleh komponen fly ash. Oksida silika dan oksida aluminium pada abu batu bara itu bisa mengikat kalsium hidroksida, yang terbentuk manakala semen usai bereaksi dengan air. Kalsium hidroksida itu semestinya tersedia dalam jumlah besar, mengingat unsur ini merupakan cikal bakal pembentukan alite dan malit, bahan pemerkuat struktur beton. Masalahnya, kalsium hidroksida itu sering buru-buru kabur, sebelum alite dan malit terbentuk pada jumlah yang cukup, lewat sebuah proses yang disebut leaching. Kaburnya kalsium hidroksida itu, "sama saja dengan menggembosi beton," ujar Ir. Yusuf Dharmawan, staf riset Tiga Roda. Kehadiran abu terbang itu terbukti mampu menangkal kaburnya unsur kalsium hidroksida itu. Beton masif model FAC rupanya juga memperbaiki porositas bangunan. Pori-pori beton mengecil, sehingga beton lebih kedap air. Beton konvensional, dengan semen portland, memiliki permeabilitas 0,0008 m3/ m2 per tahun. Artinya, laju penembusan air 0,8 liter pada setiap satu meter persegi beton per tahun. Lantaran lebih rapat, air yang dilewatkan oleh beton FAC lebih kecil, hanya 0,1 liter/m2 per tahun. Semen abu terbang itu dapat ditempatkan pada daerah yang sarat dengan senyawa-senyawa agresif, seperti di daerah pantai atau kawasan berawa yang kaya akan unsur klorida atau sulfat. Unsur beton yang rawan terhadap senyawa agresif itu adalah etrngite, yang terbentuk dari hasil reaksi antara air dan kalsium aluminat (Ca3Al). Komponen ini mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa sulfat atau klorida yang terlarut dalam air laut atau air tanah. Pengaruh gugus asam sulfat dan klorida itu sangat buruk: etryngite mengembang dan menyebabkan bangunan beton retak. Penambahan fly ash sebagai komponen semen akan menghilangkan pengaruh jahat itu dengan cara melindungi etryngite dari sentuhan sulfat atau klorida. Sebagai uji coba pertama, FAC dari Citeureup itu kini tengah dipakai untuk membangun berbagai fasilitas pada kompleks Tambak Inti Rakyat di pantai Karawang, Jawa Barat, yang berupa dermaga, saluran air, dan kolam-kolam. FAC juga dipakai untuk melindungi pura Tanah Lot di Bali, dari ancaman pengikisan air laut. Semen baru FAC itu praktis dihasilkan tanpa investasi baru. "Kami memanfaatkan instalasi yang telah ada," kata Daddy Setiadi. Dan memang, proses pembuatan FAC itu relatif tak berbeda dengan semen lainnya. FAC boleh dibilang semen portland-plus. Kecuali abu terbangnya, komponen lainnya sama persis: terak (clinker) dan batu gips. Kalsium oksida merupakan unsur terbesar pada clinker dan oksida silika, besi, aluminium, sulfida, ada dalam jumlah yang lebih kecil. Komponen fly ash, yang mengandung lebih dari 60 persen oksida silika, menempati porsi 20 persen pada FAC. Abu terbang itu dihancurkan bersama dengan terak dan batu gips dalam tube mill yang berisi bola-bola baja penggiling. Keluar dari penggilingan, bahan-bahan itu berbentuk campuran yang homogen, sebagai butiran bulat berukuran 0,045 milimeter, dan disimpan dalam silo. Tiga Roda tertarik membuat FAC setelah melihat abu terbang ini menumpuk di pelataran PLTU Suralaya, sebagai barang yang praktis tak berguna. Produksinya cukup besar, 200 ribu ton per tahun. Tiga tahun lampau, riset FAC itu dimulai, hingga ditemukan komposisi yang pas, 80%: 20%. Dari segi ongkos produksi, FAC 5% lebih murah dari semen portland, tapi dijual dengan harga yang sama, agar tak mengguncang harga semen pada umumnya. Namun, Tiga Roda masih memproduksinya secara kecil-kecilan. Sejak berproduksi tahun lalu, kabarnya baru dilepas 3.500 ton. Semen abu terbang itu, menurut Kepala Litbang PU, Ir. Karman Somawidjaja, bisa dibikin langsung di lapangan, dengan mencampurkan semen portland dengan butiran abu terbang yang berukuran 0,008-0,027 milimeter itu. "Ternyata, semen dengan campuran abu terbang itu punya beberapa kelebihan dibanding portland asli," ujarnya. Seperti halnya Indocement, Karman merekomendasikan campuran 80: 20. Hasilnya pun mirip dengan riset Tiga Roda: campuran fly ash itu meningkatkan kekuatan dan keawetan beton. Bahkan dalam kondisi ekstrem, direndam dalam larutan natrium sulfat 3,5 persen selama 63 hari, beton tak mengalami pengikisan atau retak. Dibanding semen khusus antiasam, seperti semen PC tipe V, FAC "jalanan" buatan PU ini jauh lebih murah. Untuk membuat satu meter kubik beton, diperlukan modal Rp 48.750. "Dengan semen abu terbang, kita bisa menghemat Rp 6.600," ujar Karman, alumnus Teknik Sipil ITB, 1960. Tentu saja, FAC bukan jenis semen yang serba nomor satu. Proses pengerasan pada semen abu terbang ini berjalan lamban. Boleh jadi, penghematan biaya proyek terpaksa dikompensasikan dengan perpanjangan waktu pelaksanaannya. Jadi, silakan menghitung dulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini