Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Siaga Banjir Sejak di Hulu

Banjir yang sering melanda kawasan daerah aliran sungai kini bisa diprediksi lebih awal. Memanfaatkan kecerdasan buatan.

19 Desember 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AGUS Mulyana dengan sigap menjelaskan secara rinci Sistem Monitoring Banjir Terpadu atau disebut Simbat rancangannya kepada Tempo pada pertengahan bulan lalu. Di Laboratorium Divisi Embedded Research Group, Universitas Komputer Indonesia (Unikom), Bandung, Agus memperagakan cara kerja alat pendeteksi banjir buatannya itu.

Sebuah bak kontainer plastik berisi air dibuat menyerupai kondisi banjir. Air tersebut ibarat air sungai yang melimpas ke daratan. Hanya dalam hitungan detik lampu rotator berwarna merah menyala di­ikuti suara sirene pertanda banjir segera datang. "Fungsi utama Simbat adalah mendeteksi kenaikan air sungai dan mengeluarkan peringatan bahaya banjir," ujar Agus, dosen program studi teknik komputer di Unikom.

Selanjutnya, tak sampai lima menit, sistem tersebut dapat memberikan informasi mengenai potensi banjir ke perangkat bergerak, yakni telepon pintar. Hasil simulasi terlihat ideal. Tapi bagaimana dengan kondisi di lokasi sebenarnya? Menurut dia, sistem Simbat telah diujicobakan di tiga lokasi di Sungai Cikapundung pada Juli-Agustus lalu. "Semua berjalan menurut harapan."

Ide merancang sistem Simbat datang ketika daerah tempat tinggal mertua Agus di kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, selalu kebanjiran ketika musim hujan tiba. Kawasan seluas 10.786 kilometer persegi itu selalu terendam air akibat meluapnya Sungai Citarum. Kajian karakter daerah aliran sungai (DAS) Citarum menunjukkan bahwa 94 persen wilayah Da­yeuhkolot berpotensi banjir setiap tahun.

Menurut Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, sungai yang mengalir sepanjang 300 kilometer dari Gunung Wayang, Bandung, hingga Kabupaten Bekasi itu memiliki debit air tak tertampung sebanyak 81,44 kubik per detik. Ini menyebabkan banjir di Kawasan Cekungan Bandung, termasuk Dayeuhkolot.

Meski langganan banjir, warga Da­yeuhkolot tak pernah tahu secara pasti kapan banjir menerjang perumahan mereka. Kondisi itu yang membuat Agus mengajak delapan mahasiswanya mengembangkan sistem Simbat agar bisa menjadi sistem peringatan dini. Saat tak terjadi banjir atau kondisi sungai normal, Simbat hanya mengumpulkan data mengenai kondisi air sungai dan curah hujan.

Cara kerja Simbat cukup sederhana, yakni dengan memadukan empat subsistem; node dan sensor steker, server, aplikasi pada telepon seluler pintar, serta perangkat keras penerima informasi yang bisa ditempatkan di dekat permukiman banjir yang terhubung dengan pengeras suara.

Node berbentuk kotak dari bahan logam. Alat ini dipasang di ujung tiang besi di tepi sungai. Fungsinya mengirimkan informasi kondisi sungai ke server di tempat pemantauan. Sedangkan sensor ultrasonik yang berada di bagian tengah tiang berfungsi sebagai pemantau kenaikan tinggi muka air sungai. Prinsip kerjanya mirip sensor jarak pada mobil, yang akan berbunyi jika ada sesuatu menghampirinya. Sensor ultrasonik juga dapat mengukur ketebalan sedimentasi sungai. "Jadi data kenaikan sedimentasi tiap hari selalu tercatat," ujar Agus.

Limpasan air yang meluap ke daratan akan diidentifikasi sebagai banjir oleh sensor steker yang ditempatkan di tepi sungai. "Kedua sensor tersebut diperlukan untuk memvalidasi data banjir," ucap Indra Hadi Setiadi, mahasiswa teknik komputer Unikom sekaligus salah satu anggota tim.

Semua informasi yang didapat di lapangan kemudian ditampung dan diolah menggunakan artificial intelligence atau kecerdasan buatan yang dimasukkan ke node sebelum dikirimkan ke server utama. Agus dan para mahasiswanya kemudian mengajarkan algoritma khusus pada kecerdasan buatan ini agar bisa menganalisis laporan yang dikirimkan oleh sensor sistem ­Simbat.

Node yang diletakkan baik di hulu maupun hilir sungai dirancang khusus agar dapat berkomunikasi dengan metode M2M (machine-to-machine). Jika kondisi air di hulu sungai sudah mulai tinggi, node akan mengirim peringatan dini kepada node di hilir sungai akan bahaya banjir. Dengan begitu, potensi banjir di hilir dapat segera diketahui oleh warga yang bermukim di wilayah berpotensi banjir, semisal Dayeuhkolot.

Tak hanya berupa sinyal yang dikirimkan, tapi juga foto dan video. Node dilengkapi dengan kamera mini beresolusi 5 megapiksel, global positioning system (GPS) untuk penanda lokasi, sensor pasif inframerah untuk mendeteksi bila ada orang yang mendekat, dan layar LCD untuk menampilkan informasi data.

Data kondisi sungai dari node dikirim ke server menggunakan koneksi Internet dalam bentuk gambar dan teks. Sedangkan pengiriman melalui pesan pendek hanya berupa teks. Waktu laporannya bisa diatur secara real time dan berkala. Semua informasi kondisi sungai dari server bisa diakses oleh warga melalui aplikasi ponsel pintar berbasis Android, web, dan pesan pendek (SMS).

Peringatan banjir sistem Simbat tak hanya dapat diakses melalui ponsel pintar. Warga yang tak memiliki ponsel pintar pun dapat mengetahui bahaya datangnya banjir lewat pengeras suara di masjid. Ya, Agus dan timnya telah menyiapkan perangkat penerima informasi banjir yang bisa terhubung dengan pengeras suara di masjid. Informasi ini akan sampai pada waktu yang bersamaan dengan yang ada di aplikasi ponsel.

Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek Jawa Barat Hani Yuhani cukup terkesan pada Simbat. "Secara teknologi sangat andal dan fungsinya banyak," ujar Hani. Namun, menurut dia, harus dipikirkan lebih jauh soal manajemen mitigasi bencana banjir yang masih belum terjawab. Hani juga khawatir terhadap keamanan alat yang rawan dicuri, seperti halnya panel surya di pinggir jalan tol.

AMRI MAHBUB, ANWAR SISWADI (BANDUNG)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus