Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JUMLAH penduduk yang terus bertambah akan membuat jalan makin padat dan macet. Kemacetan lalu lintas itu akan berdampak pada penanganan kasus kecelakaan yang korbannya harus segera dilarikan ke rumah sakit. "Kami memikirkan inovasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Terpikirlah ide membuat sistem pendeteksi kecelakaan lalu lintas yang dinamai Actor ini," kata Dary Rafi Brafianto, mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, yang merancang inovasi ini, Rabu, 7 April lalu.
Actor adalah kepanjangan dari accident detector. Menurut Dary, inovasi yang ditemukan bersama lima kawannya itu merupakan sistem yang didesain sebagai bagian dari konsep smart city. Sistemnya terdiri atas kamera televisi sirkuit tertutup (CCTV), aplikasi berbasis Android, dan sebuah website. CCTV itu berfungsi mendeteksi adanya kecelakaan lalu lintas. CCTV dilengkapi microcontroller yang bisa mendeteksi kecelakaan lalu lintas. Informasi tentang kecelakaan lalu lintas itu yang kemudian dikirim ke aplikasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aplikasi bisa mengidentifikasi berat-ringannya kecelakaan. Jika kecelakaannya berat, CCTV akan mengirim peringatan ke aplikasi. "Aplikasi juga akan mengarahkan rumah sakit dan ambulans ke rute tercepat untuk sampai lokasi kecelakaan," ujar Dary. Harapannya, aplikasi ini dipakai oleh rumah sakit dan polisi, pihak yang diharapkan segera turun tangan bila kecelakaan terjadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada saat yang sama, informasi soal kecelakaan itu juga akan dikirim oleh CCTV ke website milik instansi pemerintah terkait. Dengan informasi itu akan diketahui kecelakaannya terjadi di daerah tertentu dan memantau kasus kecelakaan di daerah tersebut. Rencananya, sistem ini akan menampilkan daftar rumah sakit yang bisa menangani kecelakaan selama 24 jam.
Inovasi ini hasil kerja sama Dary dengan enam temannya, yakni Ajeng Kusuma Dewi, Anak Agung Sagung Gede Paramitha Wardhana, Alfathan Dandy Pradana, Ersya Nadia Candra, dan Vira Zafarin. Dary dan lima orang lain berasal dari Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik dan hanya Ersya yang dari Jurusan Teknik Informatika. Inovasi ini mendapatkan medali emas dalam International Innovation, Design and Startup Competition yang diadakan Turkish Inventors Association pada 23-28 Februari lalu.
Dary mengatakan dia belum mengkalkulasi berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat sistem ini. "Belum kami hitung," ujarnya. Namun, dia menambahkan, dia masih berharap bisa menyempurnakan inovasinya ini. Saat ini, sistem yang dibuat masih digunakan untuk mendeteksi mobil. Akurasi pendeteksiannya masih ditingkatkan, termasuk transmisinya, agar lebih cepat. "Sekarang sudah dalam hitungan detik. Tapi itu masih dalam skala laboratorium untuk jarak pendek di ruangan saja. Kalau dipakai untuk smart city, kan jangkauannya harus luas," tuturnya.
Dary dan kawan-kawan memilih mobil sebagai obyek deteksi karena lebih mudah dideteksi. Sistem ini belum dapat mendeteksi kecelakaan lain, misalnya pada manusia atau sepeda motor. "Itu bisa untuk pengembangan selanjutnya," ucapnya. "Harapannya, sistem ini bisa disempurnakan dan diimplementasikan oleh pemerintah karena pemanfaatannya untuk smart city," Dary menambahkan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo