Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Peneliti LIPI membuat ventilator untuk pasien Covid-19 yang kesulitan bernapas.
Bisa beroperasi 21 hari tanpa henti.
Lebih murah dari harga pasar.
PENELITI di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang lembaganya kini dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), terus mengembangkan aneka alat kesehatan di masa pandemi Covid-19. Purwarupa terbaru yang dihasilkan dan sudah lolos uji teknis adalah Sivenesia, akronim dari Smart Innovative Ventilator Indonesia. Berbeda dengan ventilator karya tim LIPI lainnya, Sivenesia adalah ventilator bagi pasien Covid-19 yang kesulitan bernapas sendiri atau hampir mengalami gagal napas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sivenesia dibuat oleh tim dari Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI. Ketuanya Budi Prawara dengan anggota tim Deni Permana Kurniadi, Eko Joni Pristianto, Dayat Kurniawan, Pamungkas Daud, Hana Arisesa, Erry Dwi Kurniawan, Heri Soepriadi, Asep Rusmana, dan Abdul Wahid Aminudin. Riset soal ini dimulai pada Mei 2020. Dua purwarupa sebelumnya gagal. Ini adalah purwarupa ketiga. "Sekarang masih persiapan untuk uji klinis," kata Eko Joni Pristianto, Senin, 23 Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya Sivenesia melewati masa pengujian dari skala laboratorium, terutama menyangkut teknis alat yang harus sesuai dengan standar. Kemudian ada uji fungsi ventilator di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Kementerian Kesehatan. Beberapa hal yang diuji adalah kinerja sistem, ketahanan sistem, dan keamanan kelistrikan selama 21 hari beroperasi tanpa henti. "Kami merancang sendiri bentuk alat, menentukan bahan yang dipakai dan perangkat lunaknya," ujar Eko.
Uji klinis alat ini rencananya dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin, Bandung. Sejauh ini tim melibatkan seorang dokter anestesi dari rumah sakit itu serta menggaet mitra produksi PT Tesena Inovindo. Dana riset pembuatan ventilator ini berasal dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Tim mendapat Rp 500 juta untuk membuat lima unit Sivenesia guna uji klinis. Pencarian dana masih terus dilakukan untuk proses pengujian alat kepada pengguna.
Sivenesia mempunyai dua mode, yaitu Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dan Bi-level Positive Airway Pressure (BiPAP). Ventilator dua mode ini biasanya disarankan dokter untuk pasien sleep apnea. Gangguan tidur yang serius itu membuat sistem pernapasan berhenti beberapa saat. Sivenesia, kata Eko, berfungsi mencegah tersumbatnya jalan pernapasan, seperti gejala yang dialami penderita Covid-19. Kegunaan lain adalah melatih otot pernapasan sebelum pasien bisa bernapas normal.
Mode CPAP menghasilkan satu level tekanan udara positif yang konstan dan menerus kepada pasien. Tujuannya supaya saluran pernapasan pasien tetap terbuka. Mode itu terbagi menjadi dua fungsi, yaitu CPAP biasa dan CPAP+PS (Pressure Support). CPAP+PS sangat dibutuhkan oleh pasien yang hampir mengalami gagal napas. "Ada tarikan napas sedikit saja dari pasien, mesin akan bisa langsung memompa," ujarnya. Fungsi itu lazim ada pada ventilator impor, tapi masih jarang pada alat buatan lokal.
Sedangkan mode BiPAP menghasilkan dua level tekanan udara positif yang berbeda, yaitu pada saat menarik napas dan pada saat mengembuskan napas. Mode ini dinilai lebih nyaman digunakan oleh pasien karena mengikuti ritme pernapasan. Mode ini terbagi menjadi BiPAP Mandatory dan BiPAP Synchrony. Yang pertama dikontrol penuh oleh mesin. "Ini buat pasien yang gagal napas," kata Eko. BiPAP Synchrony ditujukan bagi pasien yang masih bisa bernapas.
Soal harga jual, tim peneliti LIPI menyerahkan kepada produsen. Tim berharap harganya bisa di bawah alat sejenis yang kini beredar di pasar. "Kalau produk lokal harganya Rp 160 juta, kami mau lebih rendah dari itu," ucapnya. Target sasaran pengguna Sivenesia adalah rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat. Eko menambahkan, ventilator ini portabel, mudah dipindah-pindahkan dan bisa masuk ke ambulans.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo