Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Stasiun Qinling, pusat penelitian ilmiah ke-5 milik Cina di Antartika, belakangan merintis sistem energi bersih hibrida. Fasilitas yang diresmikan pada Februari 2024 itu mengintegrasikan energi bayu atau angin, surya, hidrogen, dan diesel. Proyek ini menjadi penghasil energi hijau berskala besar perdana di kutub utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sistem energi terbarukan ini memasok 60 persen daya untuk stasiun yang dikelola oleh Polar Research Institute of China (PRIC) tersebut. Sistem energi hibrida itu diharapkan dapat memangkas penggunaan bahan bakar fosil jumlahnya menembus 100 ton per tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Stasiun Qinling memiliki turbin angin berkapasitas 100 kilowatt (kW), panel surya berkapasitas 130 kW, serta pembangkit energi hidrogen berkapasitas 30 kW. Salah satu anggota tim ekspedisi Antarktika Cina ke-41 juga menyebutkan adanya baterai suhu rendah berkapasitas 300 kW per jam.
"Sistem ini menandai peralihan dari bahan bakar fosil ke energi berkelanjutan dalam eksplorasi Antarktika," kata Sun Hongbin, ilmuwan bidang energi kutub sekaligus rektor Universitas Teknologi Taiyuan, dikutip dari Antara.
Sun menyebut teknologi baru ini memberi manfaat ganda, yaitu emangkas biaya dan melindungi ekosistem Antarktika yang rentan. Proyek energi tersebut dikembangkan melalui simulasi laboratorium, uji coba di lingkungan nyata, serta uji coba on-site dalam laboratorium penelitian kutub di Universitas Teknologi Taiyuan.
Di dalam laboratorium, para peneliti mencoba menciptakan kondisi brutal Antarktika, yakni suhu rendah hingga minus 50 derajat Celsius, serta angin sekencang 60 meter per detik. Bilik-bilik yang diciptakan di sekitar laboratorium simulasi itu meniupkan badai salju buatan.
"Suhu dingin dan angin kencang yang ekstrem merupakan rintangan terbesar. Simulasi laboratorium meningkatkan keandalan dan keamanan peralatan," ujar Dekan Fakultas Teknik Elektro dan Listrik Universitas Teknologi Taiyuan Dou Yinke.
Dalam periode tanpa angin dan tanpa matahari, sistem baru yang diciptakan para peneliti asal Cina itu dapat mendayai beban maksimum 150 kW di Stasiun Qinling. Ketahanannya hingga dua setengah jam. Unit-unit hidrogennya juga dapat menyediakan 30 kW listrik tanpa henti selama dua pekan, khusus pada malam hari.
Terlepas dari kendala teknis, prestasi terbaru Stasiun Qinling yang terletak di tepi selatan Pulau Inexpressible, Antartika Timur ini sangat penting. Teknologi hibrida mengawali langkah para penliti untuk membangun sistem energi bersih di kutub utara.
Pilihan Editor: Gempa Bermagnitudo 4.1 Mengagetkan Warga Kota Bogor