Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lost 52 Project merupakan misi pencari 52 kapal selam milik Angkatan Laut AS yang hilang semasa Perang Dunia II. Proyek ini diprakrasai oleh Tim Taylor, seorang penyedia jasa teknologi kendaraan bawah air otomatis (AUV).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: 80 Tahun Hilang, Kapal Selam AS Ditemukan 3 Anak Komandannya
Kisah Abele Bersaudara Mencari Kapal Selam AS Renggut Nyawa Ayah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Misi ini mereka lakukan demi keluarga para pelaut dan juga masyarakat agar dapat mengetahui sejarah militer dan dedikasi para pahlawan perang yang gugur dalam perang.
Pencapaian utama dari misi The Lost 52 Project yaitu, menemukan keberadaan kapal selam USS R12 dengan menggunakan teknologi AUV, yang dapat disaksikan melalui dokumenter sepanjang 24 menit berjudul “Expedition R-12 Americas Forgotten Submarine”.
Sebagai alat bantu identifikasi kapal selam, mereka turut mengembangkan teknologi fotogrametri yang dapat mengambil gambar temuan kapal secara rinci dalam metode 3 dimensi dari bawah laut bekerjasama dengan pakar kapal selam.
Kapal selam yang sudah mereka temukan antara lain, USS Lagarto, USS Wahoo, USS Grunion, USS Perch, USS Flier, USS R-12, USS S-26, dan USS S-28.
Berikut merupakan tim dibalik misi The Lost 52 Project:
Tim Taylor
Merupakan pendiri Tiburon Subsea yang menyediakan jasa teknologi kendaraan bawah air otomatis (AUV). Berkarir selama 30 tahun di industri maritim dengan membuat inovasi berupa teknologi penyelam dan memimpin beberapa ekspedisi bawah air, seperti The Lost 52 Project.
Karyanya di bidang ilmiah, seperti arkeologi dan oseanografi menghasilkan banyak penemuan baru beberapa terumbu karang seperti, Sherwood Forest Reef dan Pulley Ridge. Lalu, beberapa proyek penelitian hiu, membantu penelitian arkeologi bawah laut di Kuba, dan menyelenggarakan beberapa ekspedisi National Geographic.
Penemuan USS R-12 membuatnya mendapatkan penghargaan Brazilian Navy League's Medal of Honor dari pemerintah Brasil.
Christine Dennison
Merupakan presiden Mad Dog Expeditions, yaitu sebuah perusahaan scuba diving yang sudah mendunia. Berkat kehadirannya di Tiburon Subsea, perusahaan milik Tim dapat dikenal secara global, karena pelanggan dari mancanegara yang dimiliki oleh Christine.
Dia pernah melakukan beberapa ekspedisi menggunakan robot bawah air sehingga membuatnya paham mengenai teknologi tersebut. Tidak hanya itu, Christine merupakan anggota Explorers Club dan Royal Geographical Society.
Penemuan USS R-12 juga membuat Christine mendapatkan penghargaan Brazilian Navy League's Medal of Honor dari pemerintah Brazil bersama dengan Tim.
Andy Taylor
Merupakan pensiunan kolonel Angkatan Udara AS yang telah berpengalaman dalam operasi militer dan logistik selama 28 tahun.
Dia berperan mengembangkan pelatihan tim, mengatur manajemen kontrak, menganalisis anggaran dan informasi peta, serta mengatur teknologi simulator AUV dan dokumentasi video.
Robert RB Havens
Memiliki pengalaman 25 tahun di bidang teknik lingkungan laut, mulai dari manufaktur mesin hingga mengontrol sistem robot bawah laut.
Selama 3 tahun di Lost 52 Project, Robert berperan sebagai operator utama dalam pemeliharaan teknologi pemetaan yang menggunakan Bluefin 12D AUV.
Yukata Iwasaki
Merupakan seorang arsitek angkatan laut, dan sejarawan yang meneliti operasi pencarian kapal selam AS saat melawan Jepang yang hilang di Perang Dunia II, sekaligus pakar kapal selam CV Shinano, milik angkatan laut Jepang.
Dia juga berkontribusi dalam ekspedisi pencarian kapal perang Yamato pada tahun 1999. Menyediakan peta dan dan pemodelan yang berasal dari data yang dikumpulkan pada eksplorasi sebelumnya.
Selain itu, Yukata merupakan kontributor utama ekspedisi pencarian USS Grunion yang melibatkan tiga putra komandan kapal, Letnan Mannert L. Abele, yakni John, Bruce dan Brade di epas pantai Kiska, Alaska.
THE LOST 52 PROJECT | CAECILIA EERSTA