Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Seperti yang dilakukan planet Bumi terhadap Matahari, setiap planet bergerak mengitari bintang induknya. Bintang-bintang ternyata juga bergerak mengitari pusat galaksi. Dan bahkan galaksi pun tidak diam. Galaksi Bimasakti dan galaksi-galaksi terdekat lainnya sedang ditarik menuju wilayah tertentu di ruang angkasa yang jaraknya dari Bumi sekitar 150 juta tahun cahaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Namun, sampai sejauh ini, kita belum tahu pasti apa yang telah menarik galaksi kita dan galaksi-galaksi lainnya ini. Para astronom hanya menamainya sebagai Great Attractor atau Penarik Besar," kata Riza Miftah Muharram, pendiri sekaligus CEO di BelajarAstro, platform belajar astronomi secara online pertama di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Riza menulis tentang Great Attractor dalam laman InfoAstronomy.org pada 29 Januari 2022 dan mengizinkan Tempo untuk mengutipnya. Menurut Riza, Penarik Besar terletak di arah langit yang dikenal sebagai Zone of Avoidance atau Zona Pengelakan, yakni area yang mengarah ke pusat Galaksi Bimasakti, di mana terdapat begitu banyak gas dan debu sehingga kita tidak dapat melihat apa yang ada di belakangnya dengan pengamatan spektrum cahaya tampak. Atau dengan kata lain, dalam pandangan dari Bumi, Penarik Besar terletak di belakang bagian pusat Galaksi Bimasakti.
Dituturkannya, bukti keberadaan Penarik Besar pertama kali ditemukan pada 1970-an. Saat itu para astronom tidak memiliki cara untuk melihatnya melalui Zona Pengelakan, tapi saat ini, ketika sinar-X akhirnya digunakan sebagai salah satu cara pengamatan, para astronom bisa mulai melihat objek di wilayah Penarik Besar itu. Obyek tersebut adalah supergugus galaksi (gugusan yang terdiri dari beberapa gugus galaksi) raksasa di area Penarik Besar, yang dikenal sebagai Gugus Norma--karena berada di arah rasi bintang Norma.
"Menurut pengamatan, Gugus Norma memiliki massa sekitar 1.000 triliun kali massa Matahari, atau setara ribuan galaksi," kata Riza yang juga koordinator sekaligus editor untuk APOD (Astronomy Picture of The Day) NASA yang berbahasa Indonesia.
Pengamatan berlanjut hingga para astronom kini bisa melihat wilayah galaksi yang lebih besar lagi dan menemukan bahwa Bimasakti dan galaksi-galaksi lainnya, dan Penarik Besar itu sendiri, sedang bergerak menuju sesuatu yang lebih besar lagi. Sesuatu yang lebih besar itu dikenal sebagai Supergugus Shapley, yang teramati berisi lebih dari 8.000 galaksi dan memiliki massa lebih dari sepuluh juta miliar kali massa Matahari.
Hal itu menjadikan Supergugus Shapley sebagai supergugus galaksi paling masif dalam jarak satu miliar tahun cahaya dari Bumi, hal yang membuat galaksi kita serta setiap galaksi di sudut semesta sekitar kita bergerak ke arahnya.
Menurut Riza, telah dipahami bahwa Penarik Besar bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan hanya sekumpulan galaksi, hanya saja beranggotakan ribuan galaksi yang akumulasi gravitasinya menarik segala sesuatu ke arahnya. Dia juga menyatakan kalau Penarik Besar adalah fana, tidak akan bertahan lama.
"Mungkin saat ini galaksi-galaksi di dalam Supergugus Shapley masih terikat oleh gravitasi, tetapi jutaan hingga miliaran tahun mendatang, galaksi-galaksi di dalamnya akan semakin berjauhan karena memuainya alam semesta," katanya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.