MEMINDAHKAN beban ratusan ton ternyata bukan perkara gampang.
Pertengahan Oktober lalu, sebuah trafo Elin-Union buatan
Austria, yang berbobot 129 ton, tercebur ke lumpur muara Kali
Cigadung di Desa Mayangan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Gara-gara roda trailer Titan yang mengangkut trafo milik PLN
Distribusi Jawa Barat itu terbenam sedalam 60 cm di jalan desa
itu. Menurut kepala PU Subang, Ir. Sudjana, jalan di Desa
Mayangan cuma mampu menahan kendaraan berdaya angkut empat ton.
Rencana semula, trafo yang akan ditempatkan di Banjaran diangkut
melalui rute Subang - Ciater - Bandung. Untuk mencapai jarak 114
km itu, diperkirakan perlu waktu lima hari lima malam, dan akan
menghabiskan biaya sebesar Rp 236 juta. Sebab, untuk mengangkut
trafo itu, kontraktor PT Masaji Prayasa Cargo (MPC) selain
membutuhkan trailer Titan beroda 86, juga jembatan layang, mobil
derek, forklift, link belt, dan sejumlah truk. "Untuk
melaksanakan kontrak ini, MPC telah menginvestasikan uang US$
2,5 juta," kata Soedarpo Sastrosatomo direktur utama PT Samudera
Indonesia yang membawahkan MPC.
Tidak cuma itu persiapan MPC. Mereka juga melakukan survei
terhadap kondisi jalan yang akan dilalui angkutan berat itu.
Setelah memperkeras jalan di beberapa tempat dengan aspal,
mereka optimistis kendaraan yang mengangkut trafo itu bisa
lewat. Tapi Sudjana menyebut pengangkutan itu sebagai "proyek
mustahil". Sebab, ia tahu persis kemampuan jalan di daerah itu.
Sampai pekan lalu, trafo itu masih terbenam di lumpur walau
trailer yang membawanya sudah bisa diankut kembali. "Di
perkirakan 20 orang dan dua derek beroda rantai (crane crauler)
berkapasitas 150 ton diperlukan untuk mengangkat trafo itu,"
kata Kapten Slamet Silitonga dari MPC yang ditunjuk sebagai
kepala operasi penyelamatan trafo. Sebuah tongkang untuk pijakan
derek beroda rantai guna mengangkat trafo itu sudah disiapkan di
mulut Kali Cigadung.
Tapi, kini timbul masalah baru. Hasil survei Silitonga
menunjukan, sungai itu terlalu dangkal untuk dilalui tongkang
yang memerlukan kedalaman minimal 1,5 meter. Terpaksa dikerahkan
lagi kapal keruk. "Tapi baru beberapa jam dikeruk, sungai sudah
dangkal,'' ujar Silitonga. Menurut Irsyaf Syarif, direktur utama
MPC, operasi penyelaman trafo akan dilanjutkan seteah air laut
pasang, "sehingga tongkang dapat mendekati lokasi terbenamnya
trafo itu." Diperkirakan operasi yang menelan biaya Rp 150 juta
itu akan berakhir 24 November.
MPC memilih pelabuhan Cimalaya, Kabupatn Karawang, untuk tempat
penurunan trafo itu setelah nanti dapat diangkat sebelum dibawa
ke Banjaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini