Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

5 Mei 2024 | 17.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Vaksin AstraZeneca menjadi satu di antara vaksin yang digunakan banyak negara termasuk Indonesia dalam melawan pandemi virus corona. Sarah Gilbert juga melepas hak paten dalam proses produksi vaksin tersebut, sehingga harga vaksin bisa lebih murah. Sarah dan sejumlah ilmuwan yang terlibat dalam pembuatan vaksin telah dianugrahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth II tahun ini. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa waktu lalu viral di media sosial tentang efek samping vaksinasi AstraZeneca menyebabkan pembekuan darah hingga cedera otak permanen. Kondisi ini pun direspons banyak pihak dan membuat masyarakat enggan melakukan vaksinasi Covid-19. Padahal menurut ahli, dampak positif dari vaksin AstraZeneca lebih tinggi dalam menangkal virus dibanding efek sampingnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Manfaat vaksinasi untuk melindungi seseorang dari Covid-19 jauh lebih tinggi daripada berbagai kemungkinan efek sampingnya yang mungkin ada dan terjadi sangat jarang," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Profesor Tjandra Yoga Aditama kepada Tempo, Minggu, 5 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca. Menurut Tjandra, penelitian yang berjudul AstraZeneca Covid-19 Vaccine ini mendapati kesimpulan bahwa vaksinasi bisa membuat penggumpalan darah dan trombosit darah rendah. Namun, kasus terjadinya akan sangat langka dan manfaatnya lebih banyak untuk menangkal Covid-19.

Ditambah lagi World Health Organization atau WHO pada 19 Maret 2021 pernah mengeluarkan dokumen ihwal vaksinasi AstraZeneca memiliki manfaat dan potensi yang luar biasa untuk mencegah infeksi dan mengurangi kematian di dunia. Instruksi dari WHO itu, kata Tjandra, membuat segenap instansi pemerintahan dan rumah sakit menganjurkan masyarakatnya menggunakan vaksinasi AstraZeneca.

Berbagai dasar penelitian ilmiah kesehatan yang telah mengungkap vaksinasi AstraZeneca itu membuat Tjandra sepakat supaya masyarakat tidak takut untuk divaksin, terlebih dengan hadirnya banyak informasi dan pemberitaan yang mengungkap tentang efek samping vaksinasi AstraZeneca tersebut.

Bahkan Tjandra menilai viralnya isu vaksinasi AstraZeneca di tahun ini bukanlah sesuatu hal yang mengagetkan, sebab pada tiga tahun lalu dunia juga pernah dibuat heboh oleh kemunculan narasi efek samping AstraZeneca. "Hal ini sebenarnya sudah dibicarakan sejak 2021, waktu vaksin ini mulai digunakan," ucap Tjandra.

Asal Mula AstraZeneca Viral Lagi Tahun Ini

Pada 2023 perusahaan farmasi AstraZeneca digugat oleh seorang pasien cedera otak akibat divaksin dua tahun sebelumnya. Ia bernama Jamie Scoot - bukan orang Indonesia - dan gugatan dilayangkan ke pengadilan. Pada saat digugat, AstraZeneca sempat membantah dan mengklaim kalau vaksin yang diproduksinya tidak menyebabkan efek samping.

Selanjutnya isu ini mereda dan tidak lagi terekspos. Lalu pada 2 Mei lalu muncul pemberitaan dari The Telegraph yang mengabarkan bahwa AstraZeneca mengakui kalau vaksin yang diproduksinya membuat efek samping berupa pembekuan darah.

Pengakuan itu sudah diberikannya lewat dokumen hukum dan diserahkan ke Pengadilan Tinggi Inggris pada Februari lalu. Namun perusahaan farmasi ini menegaskan bahwa temuan kasusnya sangat langka.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus