Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Viral Nikuba Ubah Air Jadi Bahan Bakar Motor, Peneliti Ungkap Proses dan Kendala

Nikuba menghasilkan gas oxyhydrogen dengan rantai H-H-O dengan cara melakukan proses elektrolisis air.

10 Mei 2022 | 13.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Nikuba. Instagram

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah alat inovasi baru bernama Nikuba, diklaim mampu mengubah air menjadi bahan bakar mesin sepeda motor untuk tunggangan TNI. Ditemukan warga Cirebon bernama Aryanto Misel, nama Nikuba diambil dari singkatan Niku Banyu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cara kerja Nikuba dinilai sangat sederhana. Nikuba mengandalkan generator elektrolisis yang mampu mengubah air menjadi energi mesin motor atau mobil. Air yang akan digunakan harus dipastikan tidak mengandung logam berat untuk bisa menjalankan kendaraan bermotor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nikuba kemudian memisahkan Hidrogen (H2) dengan Oksigen (O2) pada air (H2O) melalui proses elektrolisis. Hidrogen yang sudah terpisah dari O2 kemudian masuk ke ruang pembakaran kendaraan sebagai bahan bakar pengganti BBM.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di laboratorium motor bakar, Arifin Nur, ikut mengomentari Nikuba. “Nikuba adalah oxyhydrogen (HHO) generator bisa juga disebut browngas generator,” ujar Arifin lewat pesan singkat, Selasa, 10 Mei 2022.

Arifin menjelaskan bahwa alat tersebut menghasilkan gas oxyhydrogen dengan rantai H-H-O dengan cara melakukan proses elektrolisis air menggunakan material anoda dan katoda berbahan metal/alloy.

Menurutnya, proses elektrolisis air bukan hal baru. Banyak peneliti yang sudah melakukannya dalam upaya menemukan sumber energi alternatif. Namun sampai saat ini belum berhasil membuat alat yang efisien.

Hal yang menjadi kendala karena air merupakan salah satu unsur yang sangat stabil di muka bumi, sehingga diperlukan energi yang lebih besar untuk memecah molekul air tersebut. Yang terjadi, umumnya energi input selalu lebih besar dibandingkan dengan energi yang dihasilkan.

“Untuk menyikapi masalah itu umumnya Kalium Hydroksida (KOH) dicampurkan ke air untuk membantu mempercepat dan memperoleh gas HHO lebih banyak,” jelas Arifin.

Ia juga menyebutkan peneliti yang pernah melakukan riset ini, seperti Dr. Hamidah dan Prof Wawang dari UPI, Dr. Iman KR dari ITB yang menguji alat sejenis buatan Jepang, Dr. Eddy Sudrajat dan tim dari Unas dengan merek dagang EPB (energy power booster) yang pernah di uji efektivitasnya di PLTD Kota Baru, Kalimantan Selatan. 

Ada juga perekayasa muda Ahmad Dimyani, ST, dari laboratorium motor bakar LIPI yang pernah membuat alat sejenis sebagai tugas akhir di universitasnya.

“Semua alat di atas pernah kami uji di laboratorium motor bakar kami, baik sebagai tenaga ahli ataupun tim penguji, namun efisiensinya masih relatif rendah,” kata Arifin.

Selain itu, Arifin juga menjelaskan kelemahan dari gas HHO. Menurutnya, sifat gas HHO itu cenderung mudah meledak dengan cepat rambat ledakan lebih tinggi dibandingkan bahan bakar cair seperti bensin, sehingga pengontrolan pembakaran apabila diaplikasikan pada mesin dinamis perlu diperhatikan agar tidak terjadi knocking.

“Gas HHO hasil elektrolisis itu umumnya digunakan sebagai bahan bakar tambahan/suplemen dan bukan pengganti bahan bakar utama pada sebuah mesin,” jelasnya.

Namun, sebagai pribadi, Arifin mengapresiasi Nikuba sebagai kreativitas anak bangsa.

Baca:
Viral Motor Pakai Bahan Bakar Air, Satu Tetes Bisa Tempuh 50 Km

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus