Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - "Macan kok dikandangin, nanti jadinya macan sirkus," begitu ucapan seorang teman sebelum kompetisi Liga 1 2018 digulirkan. Dia mengomentari masalah Persija Jakarta yang tak memiliki kandang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ya, masalah kandang memang menjadi hal yang cukup pelik bagi Persija Jakarta. Sejak Stadion Lebak Bulus tak boleh lagi digunakan secara resmi tiga tahun lalu, praktis tim asal ibukota tersebut tak lagi memiliki kandang tetap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stadion BMW yang sempat disebut akan menjadi pengganti Stadion Lebak Bulus tak kunjung dibangun. Apalagi izin menggunakan Stadion Gelora Bung Karno sempat bermasalah. Mulai dari The Jakmania yang kerap berulah hingga ajang Asian Games menjadi penghalang Persija menggunakan stadion kebanggaan masyarakat Indonesia tersebut.
Keluar kandang, itulah pilihan satu-satunya bagi Persija. Mereka pun melanglang nusantara dengan sempat bermain di Stadion PTIK, markas Bhayangkara FC; Stadion Pakansari, Bogor; Stadion Wibawa Mukti, Cikarang; Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi; bahkan Stadion Sultan Agung, Bantul.
"Lama-lama jadi Persijabodetabek," ucap sang kawan dalam candaan kami lainnya soal Liga 1 berikutnya.
Bermain di kandang orang merupakan ujian berat yang harus dijalani Persija Jakarta. Namun ujian itulah yang kemudian menempa mental bertanding Ismed Sofyan cs.
“Tahun ini tidak mudah bagi kami, tidak punya homebase dan stadion sendiri, tapi pemain punya mental luar biasa untuk bertanding di luar Jakarta. Alhamdulillah pemain punya mental luar biasa," ujar Ismed usai memastikan gelar juara Liga 1 2018 bagi Persija dengan mengalahkan Mitra Kukar 2-1 pada laga terakhir Ahad kemarin.
"Saya pikir ini kerja keras yang luar biasa, karena seperti kata coach Teco bahwa sepakbola 11 lawan 11 yang di lapangan, tidak ada yang lain.”
Auman Macan Kemayoran terbukti lebih garang pada musim ini. Dari lima laga di awal musim, Persija mampu meraih tiga kemenangan, satu kali imbang dan satu kekalahan. Padahal mereka harus membagi konsentrasi karena juga berlaga di Piala AFC.
Namun penyesuaian karena harus berlaga di kandang lawan memang tak mudah. Buktinya, pada paruh pertama mereka menerima dua kekalahan di kandang, dari Madura United dan Bali United. Total mereka mengalami enam kekalahan pada paruh pertama.
Mereka juga gagal memaksimalkan laga kandang kontra PSM Makassar dan Persebaya Surabaya karena hanya bermain imbang. Persija sempat duduk di posisi ke-10 Liga 1 setelah kalah dari Bali United. Praktis, mereka hanya menduduki posisi keenam pada tengah musim.
Pada paruh kedua, mental juara Persija karena harus menjalani laga usiran mulai terlihat. Perlahan tapi pasti, mereka mampu meraih hasil positif, baik tandang maupun kandang.
Hanya Persib Bandung dan Persebaya Surabaya yang berhasil menundukkan amukan Marco Simic cs pada paruh kedua, itu terjadi saat Persija bertandang ke markas mereka. Sementara tim lainnya, jika tidak kalah, maksimal hanya mencuri satu angka dari Persija Jakarta.
Keberhasilan Persija menjadi juara Liga 1 juga tak lepas dari nasib macan lainnya di Liga 1, Persib Bandung. Pasca laga melawan Persija, Persib mendapatkan sanksi berat dari Komisi Disiplin PSSI dengan tak boleh menggelar laga di Bandung, bahkan Pulau Jawa.
Laga kandang mereka pun diputuskan tak boleh dihadiri oleh suporter. Hukuman lainnya adalah para pemain kunci mereka dihukum tak boleh bermain di sejumlah laga. Padahal saat itu, Persib sedang memuncaki klasemen Liga 1 dengan unggul enam angka dari PSM Makassar yang berada di posisi kedua.
Hukuman itu menjadi gigitan telak bagi Maung Bandung, julukan Persib. Tak terbiasa memainkan laga usiran, Persib gagal menang dalam enam laga kandang terakhir dengan hanya meraih 3 kali imbang dan tiga kali kalah.
Sementara auman Persija terus menggelora, amuan Persib meredup di akhir musim. Skuad asuhan Roberto Carlos Mario Gomez pun harus puas berada di posisi keempat klasemen akhir Liga 1 2018.
Dua macan beda nasib, itulah yang menjadi cerita di akhir Liga 2018. Persija Jakarta yang tertempa mentalnya sejak awal musim bermain di luar kandang berhasil menjadi juara sementara Persib Bandung yang harus tergusur dari kandang pada tengah musim harus meratapi kegagalan meraih sukses yang sedikit lagi mereka raih. Satu hal yang penting harus dicamkan kedua tim, macan harus garang baik di kandang maupun di alam buas.