Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Liga Indonesia

Ratusan Orang Iringi Pemakaman Bejo Sugiantoro

Ratusan orang mengantarkan jenazah legenda Persebaya Surabaya Bejo Sugiantoro ke peristirahatan terakhir pada Rabu pagi, 26 Februari 2025.

26 Februari 2025 | 11.32 WIB

Keluarga Bejo Sugiantoro membawa foto almarhum saat jenazah diusung ke TPU Desa Geluran, Kecamatan Taman, Sidoarjo, Rabu, 26 Februari 2025. Tempo/Kukuh S. Wibowo
Perbesar
Keluarga Bejo Sugiantoro membawa foto almarhum saat jenazah diusung ke TPU Desa Geluran, Kecamatan Taman, Sidoarjo, Rabu, 26 Februari 2025. Tempo/Kukuh S. Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Sidoarjo - Ratusan orang termasuk kelompok suporter Bonek mengantarkan jenazah mantan libero Persebaya Surabaya Bejo Sugiantoro ke tempat pemakaman umum Desa Geluran, Kecamatan Taman, Sidoarjo, Rabu pagi, 26 Februari 2025. Mereka mengiringi keranda yang dipikul sejak rumah duka di Perumahan Taman Pondok Jati yang berjarak sekitar 2,5 Km dari pemakaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Jenazah diberangkatkan ke makam setelah disalatkan di Masjid Nurul Jannah kompleks perumahan tersebut. Mula-mula jenazah akan dinaikkan ambulans. Tapi pihak keluarga menginginkan diusung dengan berjalan kaki. Iring-iringan pengantar jenazah menyebabkan jalan kampung itu macet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Beberapa mantan pemain sepak bola yang tenar pada zamannya terlihat memberi penghormatan terakhir. Mereka antara lain Ferril Raimond Hattu, Uston Nawawi, Kurnia Sandi dan Mat Halil.

Selama prosesi pemakaman berlangsung, Uston Nawawi terlihat sedih. Ia ngelesot di jalan paving tengah pemakaman. Sesekali ia melayani foto bersama para pentakziah sambil tetap dalam posisi duduk.

Uston berujar merasa sangat kehilangan atas kepergian Bejo. Sebab mereka sama-sama lama membela Persebaya. Keduanya juga mempunyai andil besar mengantarkan klub berjuluk Bajul Ijo itu menjuarai Liga Indonesia pada 1997 dan 2004.

Uston masih mengingat suka duka membela Persebaya bersama Bejo. Pada saat Persebaya juara 2004 itu misalnya, sempat terjadi kerusuhan ketika bermain melawan Persela Lamongan. Di dalam lapangan, kata Uston, Bejo menujukkan jiwa kepemimpinan saat situasi memanas.

"Kami sekitar 10 tahun main di Persebaya. Saya dan almarhum satu angkatan. Mulai dari junior, senior, kemudian belajar melatih," kata Uston.

Uston yang kini menukangi Persebaya mengaku kaget mendengar kabar Bejo meninggal pada Selasa malam kemarin. Kabar itu ia peroleh saat memimpin latihan malam tim Bajul Ijo.

"Ya kaget, kaget sekali," ujar Uston.

Uston mengakui, sejak Bejo tak lagi bersama dia di tim pelatih Persebaya, keduanya jarang berkomunikasi. Terakhir mereka bertemu ketika bermain dengan tim All Star di Stadion Gelora Bung Tomo beberapa minggu lalu.

Sementara itu Mat Halil mengatakan masih shock ditinggal Bejo berpulang. Ia sempat tak percaya saat membaca grup WA yang mengabarkan masalah itu.

"Kaget sekali, masih shock rasanya. Karena Cak Bejo dan Gus Uston itu yang ngemong (membimbing) saya sejak masih anak-anak hingga jadi seperti sekarang ini," kata mantan bek sayap Persebaya ini.

Pilihan Editor: Sebelum Meninggal Eks Libero Persebaya Bejo Sugiantoro Sempat Terjatuh saat Futsal

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus