Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Egy Maulana Vikri baru saja mengembangkan sayap karirnya di Eropa dengan bergabung bersama klub Polandia, Lechia Gdansk. Pesepakbola asal Medan itu mengikuti jejak karir sejumlah pesepakbola Indonesia yang pernah dan hingga saat ini masih bermain di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan penelusuran Tempo, terdapat setidaknya 15 pemain Indonesia yang pernah dan masih bermain di Eropa hingga saat ini. Berikut daftarnya:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Kurniawan Dwi Yulianto
Kurniawan Dwi Yulianto merupakan pemain Indonesia pertama yang bermain di Eropa. Awalnya dia menimba ilmu di klub Italia, Sampdoria, dalam program PSSI Primavera. Si Kurus, julukan Kurniawan awalnya bermain di ajang Serie C2 dalam program yang dibiayai PSSI itu. Pasca berakhirnya program tersebut, dia lantas mendapat tawaran dari Sampdoria.
Naas, dia tak mampu menembus skuad Sampdoria dan malah dipinjamkan ke klub Swiss, FC Luzern. Di klub itu lah dia pertama kali merasakan atmosfir sepak bola Eropa sebagai pesepakbola profesional. Dia sempat bermain dalam 10 laga sebelum akhirnya kembali ke Sampdoria. Setelah karirnya mandek di Eropa, Kurniawan pun memutuskan pulang kampung pada 1996 dan bermain untuk Pelita Jaya.
2. Kurnia Sandy
Memiliki nasib yang sama dengan Kurniawan, Kurnia Sandy juga mendapatkan kontrak dari Sampdoria pasca berakhirnya program PSSI Primavera. Namun Kurnia Sandy tak pernah sekali pun bermain di kompetisi resmi sebelum akhirnya dia kembali ke tanah air dan memperkuat Pelita Jaya.
3. Bima Sakti
Jebolan PSSI Primavera ini juga sempat melanglang buana di Eropa. Namun bedanya dia mendapatkan tawaran dari klub Swedia, Helsinborg IF pada musim 1995-1996. Sayangnya karier Bima Sakti hanya bertahan semusim sebelum akhirnya pulang dan memperkuat Pelita Jaya.
4. Arthur Irawan
Nama Arthur Irawan sempat membuat kaget publik sepak bola tanah air pada 2011. Pasalnya saat itu dia mendapatkan kontrak resmi dari klub Spanyol, Espanyol B. Sempat mencatatkan delapan penampilan bersama Espanyol B, pada musim 2013/14 Arthur hengkang ke klub Spanyol lain, Malaga B.
Di Malaga B, nasib pemain kelahiran Surabaya itu juga tak berubah dan harus hengkang ke Belgia semusim setelahnya. Sayangnya, di Belgia pun Arthur hanya bermain satu kali kala timnya, Waasland-Beveren, kalah atas KV Mechelen. Kini dia telah kembali ke Indonesia namun karier sepak bolanya meredup karena cedera,
5.Syamsir Alam
Nama Syamsir Alam sempat menjadi harapan bagi pecinta sepak bola Indonesia. Pria kelahiran Sumatera Barat itu tampil menawan di level junior sehingga masuk program pembinaan PSSI ke Uruguay pada 2008 bersama 24 pemain U-16 lainnya. Di Uruguay, Syamsir sempat mendapatkan sorotan karena dianggap mampu tampil apik. Alhasil pada 2011 dia mendapatkan tawaran dari klub divisi dua Belgia, CS Vise.
Di klub itu Syamsir tak banyak mendapatkan kesempatan. Dua musim di CS Vise, dia tercatat hanya bermain sebanyak 10 kali dan tak mencetak satu gol pun. Sempat dikabarkan akan bergabung bersama klub Liga Amerika, DC United, Syamsir akhirnya terdampar di Sriwijaya FC pada musim 2013-2014, namun lagi-lagi dia kalah bersaing. Musim lalu bahkan dia tak tercatat membela satu tim pun di kompetisi Liga 1.
6. Alfin Tuasalamony.
Sama seperti Syamsir, Alfin Tuasalamony merupakan produk lain dari program pembinaan PSSI di Uruguay. Namun Alfin baru bergabung pada tahun kedua atau pada 2009.
Selesai berguru di Uruguay, Alfin juga mendapatkan kesempatan bermain di Eropa bersama CS Vise. Namun nasib Alfin tak jauh berbeda dari para seniornya. Bermain selama 2 musim di Belgia, dia pun akhirnya kembali ke Indonesia untuk bermain bersama Persebaya Surabaya. Saat ini dia memperkuat Sriwijaya FC yang akan mengarungi ajang Liga 1 2018.
7. Manahati Letusen
Manahati Letusen merupakan pemain ketiga Indonesia yang bermain untuk CS Vise. Bek kelahiran Pulau Buru ini juga merupakan jebolan program SAD di Uruguay. Hanya saja dia sempat menjalani satu tahun tambahan di Uruguay bersama Penarol FC.
Sama seperti dua rekannya, Manahati tak banyak berkembang di CS Vise. Bahkan dia tercatat hanya bermain sebanyak 2 kali di klub itu pada musim 2013-2014. Sepulangnya dari Belgia, Manahati sempat bermain untuk Persebaya Surabaya, PS Barito Putera dan kini membela PS Tira atau yang musim lalu disebut PS Tira.
8.Irfan Bachdim
Tak seperti para pemain sepakbola Indonesia lainnya, Irfan Haarys Bachdim, memang lahir dan besar di Eropa. Hal itu tak lepas dari ibunya yang merupakan orang asli Belanda. Di Belanda Irfan Bachdim sempat memperkuat sejumlah klub. Mulai dari FC Utrecht, HFC Haarleem hingga SV Argon.
9. Kim Jeffrey Kurniawan
Sama seperti Bachdim, Kim merupakan pesepakbola Indonesia yang memiliki darah Eropa. Sang ibu merupakan warga negara Jerman sementara ayahnya merupkan orang Indonesia. lahir di Jerman membuat Kim juga sempat merasakan atmosfir sepak bola Eropa. Dia pernah bermain untuk klub FC 07 Heidelsheim sebanyak 26 kali dan menciptakan 2 gol pada 2009-2011.
10. Stefano Lillipaly
Pemilik nama panjang Stefano Yantje Lillipaly juga merupakan pesepakbola blasteran Indonesia. Lahir di Belanda, Lillipaly juga merasakan pendidikan sepak bola di benua biru. Sepanjang karirnya, Lillipaly sempat bermain di empat klub Belanda - FC Utrecht, Almere City dan Telstar. Dia bergabung bersama Bali Untied pada tahun lalu hingga saat ini.
11. Dallen Ramadhan Rovani Doke
Nama Dallen Ramahdan mendadak menjadi pembicaraan setelah dia bergabung bersama klub divisi empat Spanyol, CS Castellon pada September dua tahun lalu. Dia merupakan pemain muda binaan Persipasi Bandung Raya yang kemudian berangkat ke Eropa berkat bantuan program pengembangan pemain dari Jakarta Football Academy.
Mendapatkan kontrak di CS Castellon, Dallen sempat dipinjamkan dua klub lainnya, Alcudia dan Torre Levante. Dallen sempat mendapatkan kontrak dari Bali United pada musim lalu sebelum akhirnya bergabung kembali ke klub Liga Spanyol C.F Racing D'Algemesi-Mecaveni musim ini.
12. Mahir Radja Satya
Sama seperti Dallen, Mahir juga mendapatkan kontrak dari CS Castellon pada 2016 lalu berkat bantuan dari Jakarta Football Academy. Namun karir eks pemain Timnas Indonesia U-19 itu bak ditelan bumi. Mahir tak pernah terdengar bermain untuk klubnya tersebut atau pun bagaimana karirnya saat ini.
13. Yussa Nugraha
Yussa Nugraha telah mengembangkan sayapnya di sepak bola Eropa sejak 2015 lalu. Pesepakbola asal Solo tersebut bergabung bersama salah satu akademi sepak bola terbaik di negeri kincir angin, Feyenoord C1.
Pada musim 2015-16, Yussa sukses menunjukkan penampilan gemilang bersama Feyenoord C1 di salah satu kompetisi junior di Belanda. Dia tercatat sebagai top-skorer di klubnya karena sepanjang musim dirinya sukses mencetak 18 gol dan 13 assist dari 33 pertandingan di seluruh ajang.
14. Ezra Walian
Berdarah Manado-Belanda membuat Ezra sempat memiliki dua kewarganegaraan di level junior. Namun Ezra memutuskan untuk menjadi pemain Indonesia pada Agustus 2017 lalu. Karir junior Ezra bermula di klub kecil HFC Haarlem. Dia lantas pindah ke akademi salah satu klub besar AZ Alkmaar sebelum akhirnya menembus akademi kelas dunia milik Ajax Amsterdam, Jong Ajax.
Ezra sempat bermain bersama anak dari penyerang Belanda Patrick Kluivert, Justin Kluivert. Namun di level senior dia sempat kesulitan mencari klub. Sempat dikabarkan akan bergabung bersama klub Liga Inggris, West Ham, Ezra akhirnya bergabung bersama Almere City FC. Hingga saat ini Ezra telah bermain sebanyak 15 kali dan mencetak 4 gol untuk Almere City FC. Ezra pun telah bermain di timnas Indonesia pada ajang SEA Games 2017 lalu.
15. Nicholas Pambudi
Nama Nicholas Pambudi sempat muncul ke permukaan saat mengikuti seleksi Timnas Indonesia U-19 dua tahun lalu. Namun sayangnya Nicholas tak mampu menarik perhatian Pelatih Indra Sjafri yang saat itu masih menangani skuad Garuda Muda.
Dua tahun berselang Nicholas Pambudi membuat heboh. Dia disebut bergabung bersama salah satu klub divisi dua asal Yunani, Aris Thessaloniki FC. Sebelum ke Liga Yunani, Nicho pernah menimba ilmu di Soccer School Indonesia (SSI) Arsenal di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2011-12.
Dia juga sempat bermain untuk SSB Jakarta Football Academy Halim pada 2012.
Tak hanya itu, Nicho juga sempat mengenyam pelatihan sepakbola di REFA Spanyol pada 2013-2014, sebelum akhirnya bergabung dengan Marcet Fundacion di Barcelona pada 2014 hingga saat ini.
Jika melihat panjangnya daftar di atas, maka Egy Maulana Vikri seharusnya bisa berprestasi lebih baik dari pendahulunya. Skill olah bola yang lebih mumpuni plus usia yang masih sangat muda bisa membuat dirinya mencuri perhatian klub-klub besar. Kuncinya adalah dia bisa terus bekerja keras.
BERBAGAI SUMBER