Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Didi Kempot, maestro campursari, adalah musisi yang tak pernah terlupakan oleh masyarakat Indonesia. Karya-karyanya yang membuat orang ingin bergoyang serta menghibur menjadi pilihan tersendiri bagi masyarakat untuk mencurahkan isi hati lewat syair lagu-lagunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tepat hari ini, 3 tahun lalu, Didi Kempot telah meninggalkan dunia hiburan. Ia berpulang disebabkan penyakit jantung. Sobat Ambyar, begitulah sapaan akrabnya kepada penggemar, masih terngiang dunia hiburan, khususnya dunia campursari dan budaya Jawa umumnya.
Sejarah Campursari
Akhir dekade 1980-an Manthous mengenalkan campursari dengan memasukkan keyboard ke dalam orkestrasi gamelan "maju lancar" . Dari itu, perlahan-lahan unsur-unsur Jawa seperti langgam Jawa (keroncong), dangdut, dan aliran musik Jawa lainnya dikenal oleh masyarakat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada dekade 2000-an, berbagai bentuk campursari telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat termasuk lagu dari Didi Kempot. Meskipun perkembangan campursari banyak dikritik oleh para pendukung aliran-aliran musik, semua pihak telah bersepakat untuk merevitalisasi musik-musik tradisional di wilayah tanah Jawa.
Awal karir Didi Kempot
Didik Prasetyo yang akrab disapa dengan Didi Kempot lahir pada 31 Desember 1966 di Surakarta, Jawa Tengah. Ia terlahir dari keluarga seniman. Ayahnya, Hadi Suranto yang dikenal dengan sebutan Ranto Edi Gudel adalah pemain ketoprak dari Kota Surakarta, sedangkan ibunya bernama Umiyati Siti Nurjanah adalah seorang pesindhen dari Ngawi.
Lord Didi-julukan dari masyarakat- mengawali karirnya pada 1984 sebagai musisi jalanan dengan alat musik ukulele dan kendhang yang sederhana. Ia habiskan waktunya menjadi pengamen jalanan selama tiga tahun.
Pada tahun 1987-1989, ia ingin mengubah nasib dengan merantau di kota metropolitan Jakarta. Karir pun tidak langsung moncer dan cemerlang. Ketika awal di Jakarta, ia berkumpul dengan pengamen di daerah Slipi, Palmerah, Cakung, maupun Senin. Dari situlah, Didi Prasetyo berubah namanya menjadi Didi Kempot (kelompok pengamen trotoar) yang lantas menjadi nama panggung besar.
Sembari mengamen di kota terbesar di Indonesia itu, Didi bersama teman-temannya mencoba rekaman di studio musik. Tepat pada tahun 1989, Didi Kempot meluncurkan album pertama kalinya Cidro.
Sejak saat itu, Godfather of Broken Heart ini yakin untuk menekuni tembang-tembang Jawa. Bahkan, ia telah konser di beberapa negara seperti Suriname dengan lagu-lagu campursari. Adik dari komedian Mamiek Prakoso ini juga pernah membuat 12 album dalam setahun.
Didi Kempot meninggal pada 5 Mei 2020 pukul 07.45 WIB dalam usia 53 Tahun. Ia berpulang disebabkan penyakit jantung. Makamnya berada di TPU Astana Jatisari, Majasem, Kendal, Ngawi yang berdekatan dengan makan anak sulungnya.
Lagu Campursari Terpopuler Didi Kempot
- Pamer Bojo
- Cidro
- Sewu Kutho
- Banyu Langit
- Tatu
- Ambyar
- Suket Teki
- Jambu Alas
- Stasiun Balapan
STEKOM | TIM TEMPO
Pilihan editor : Duka Sobat Ambyar Setahun The Godfather of Broken Heart Didi Kempot Berpulang
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.