Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Film The Unbreakable Boy menceritakan Austin (Jacob Laval), anak laki-laki pengidap autisme yang memiliki penyakit tulang rapuh atau osteogenesis imperfecta. Uniknya, dia menghadapi penyakit langka itu dengan penuh keceriaan, lucu dan semangat. Sifat Austin tersebut, membuat Austin bahkan menyatukan semua orang di sekitarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film berdurasi 109 menit ini disutradarai oleh Jon Gunn dan ditulisnya bersama Scott LeRette dan Susy Flory. Sebelum menyaksikannya di bioskop, simak beberapa fakta menarik dari The Unbreakable Boy berikut ini:
1. Diangkat dari Kisah Nyata
The Unbreakable Boy adalah film yang terinspirasi dari kisah nyata seorang ayah. Scott Lerette berjuang untuk menemukan kekuatan ketika putranya yang telah lama ditunggu-tunggu lahir dengan diagnosis autisme dan penyakit osteogenesis imperfecta. Tulang putranya mudah patah atau retak. Penyakit tersebut membuatnya harus berkali-kali masuk ruang gawat darurat dan mengalami patah tulang yang tak terhitung jumlahnya. Namun dia membantu menyembuhkan orang-orang yang berjuang di sekitarnya.
Film ini diadaptasi dari otobiografi Scott Lerette berjudul The Unbreakable Boy: A Father's Fear, a Son's Courage, and a Story of Unconditional Love (2014). "Begitu kami mulai terbuka dan membuka keluarga kami untuk publik, begitulah adanya," tutur LeRette kepada People.
2. Dibintangi Zachary Levi dan Jacob Laval
Film ini dibintangi oleh aktor Zachary Levi, yang dikenal melalui perannya di film Shazam!. Ia sebagai Scott LeRette, ayah dari Austin. Peran ini menunjukkan sisi lain dari Levi yang biasanya dikenal dengan peran-peran heroik dalam film-film aksi. Levi mengatakan kepada CBN News bagaimana pertarungan pribadinya membantu menghidupkan karakter tersebut.
Levi mengaku kerap kehilangan arah hidup dan tidak mencintai diri sendiri. Itu baru dia sadari tujuh tahun lalu ketia usianya menginjak 37 tahun. Ia mengalami gangguan mental hingga membawanya ke tempat terapi. "Itu benar-benar membuka mata saya terhadap banyak hal yang perlu saya kerjakan dalam hidup saya, khususnya dimulai dengan mencintai diri sendiri. Jadi, saya dapat menerapkan banyak hal itu pada perjalanan Scott dalam film ini," ujarnya.
Sementara itu, Jacob Laval memerankan Austin LeRette, anak yang berjuang untuk menghadapi dunia yang kadang-kadang sulit dipahami oleh orang lain. Tantangan terbesarnya dalam memerankan Austin adalah karena emosinya yang luas. "Kita melihatnya dalam kondisi paling gembira saat dia minum milkshake dan dia pikir itu milkshake terlezat yang pernah ada," ungkapnya. "Namun, kita juga melihatnya dalam kondisi paling buruk saat dia berkelahi dengan saudaranya dan kemudian dia dibawa ke rumah sakit jiwa."
3. Syuting di Oklahoma pada 2020
Proses produksi film The Unbreakable Boy dimulai pada November 2020 di Oklahoma. Syuting berlangsung selama beberapa minggu dan selesai pada Desember 2020. Meskipun proses produksi berjalan lancar, film ini sempat mengalami beberapa penundaan sebelum akhirnya dirilis pada Jumat, 21 Februari 2025. Awalnya, film ini dijadwalkan tayang pada Maret 2022, namun beberapa faktor menyebabkan penundaan tersebut.
"Syuting film di tengah pandemi Covid tidaklah mudah, dan apa pun yang kami butuhkan, mereka pasti punya jawaban atau eksplorasi bersama," kata Kevin Downe selaku produser.
4. Bukan Hanya tentang Autisme, tapi juga Kehidupan
Film ini bercerita tentang kehidupan, keluarga, kegembiraan, dan belajar menerima dunia tempat kita berada, termasuk rintangan yang ada di dalamnya. The Unbreakable Boy menyampaikan pesan tentang keberanian, ketekunan, dan cinta tanpa syarat. Film ini mengajak penonton untuk melihat kehidupan dari sudut pandang yang penuh harapan, serta menunjukkan betapa pentingnya dukungan keluarga dalam menghadapi tantangan hidup.
Scott LeRette berharap orang-orang yang menonton film ini akan lebih memahami tentang kehidupan dan kasih sayang terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.
5. Respons Positif Penonton dan Pendapatan Box Office
Setelah dirilis, The Unbreakable Boy mendapatkan respons yang cukup positif dari penonton. Film ini mendapatkan nilai rata-rata “A” dari CinemaScore, yang menunjukkan bahwa penonton merasa puas dengan kualitas film tersebut. Selain itu, 81 persen penonton yang menyaksikan film ini mengatakan bahwa mereka akan merekomendasikan The Unbreakable Boy kepada orang lain. Hal ini menandakan bahwa The Unbreakable Boy tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga menyentuh hati banyak orang dengan pesan positifnya.
Dari segi pendapatan, film ini berhasil meraih sekitar 2,5 juta dolar AS atau setara dengan Rp 40 miliar di akhir pekan pembukaannya, menempati posisi kedelapan di box office. Meskipun film ini tidak menduduki posisi teratas, pencapaian tersebut cukup solid mengingat kondisi persaingan yang ketat di dunia perfilman saat ini.
SOFWA NAJLA TSABITA SUNANTO | CBN NEWS | OKLAHOMAN