Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Didik Hadiprayitno atau lebih dikenal dengan nama Didik Nini Thowok merupakan seniman unik dengan ciri khas koreografi komedi. Berbagai kreasi tarian atau koreografinya mengandung unsur humor meski berbasis gerak tari tradisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam siaran daring Kelas Tari: Pemahaman dan Pengenalan Koreografi Tari Komedi saluran youtube @budayasaya, Didik Nini Thowok berbagi cerita dan tips untuk koreografinya. Didik mengatakan, semula dia tak punya banyak referensi mentari komedi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga pada satu saat, dia diminta koleganya untuk menonton sebuah pertunjukan balet komedi yang dilakukan seorang penari crossgender dan mahir balet. Dari sana kemudian ia mulai mengembangkan kreasi dan koreografinya. "Dari sana mulai belajar dan terus bereksplorasi," ujar Didik Nini Thowok saat siaran daring pada Jumat, 10 April 2020.
Maestro tari Didik Nini Thowok, tampil memeriahkan acara Indonesian Weekend! yang digelar di Taman Potters field, London. Masyarakat Indonesia di London menggelar Indonesian Weekend! yang merupakan festival budaya Indonesia yang terbesar di Inggris. Sadika Hamid
Ada beberapa hal yang menurut Didik Nini Thowok penting dalam melakukan tari komedi. Berikut ini rinciannya:
- Memahami ruang atau komposisi ruang
Seorang calon penari harus memperhatikan ruang dan batas-batasnya yang bisa dieksplorasi untuk menampilkan karya. Ruang bisa menjadi salah satu yang bisa dieksplorasi untuk menampilkan gerak.
Didik Nini Thowok mencontohkan adegan trik kecelakaan. Seorang penari yang kebablasan di ujung panggung atau bablas masuk lagi ke panggung atau tersandung. "Tapi harus dengan perhitungan matang, tahu frame, batas, dan tidak berlebihan atau vulgar. Kelucuan bisa muncul tanpa hal yang berlebihan atau vulgar," ujarnya. - Eksplorasi gerak tubuh
Seorang penari mesti bisa mengeksplorasi gerak tubuh. Bagian tubuh manapun, seperti tangan, kaki, kepala, pinggul bisa menjadi bahan eksplorasi yang diperkuat dengan suara musik atau disesuaikan gerak dengan musik.
Didik kemudian memperlihatkan video pementasan Tari Poncosari atau lima elemen tari karya 1980-an. Di situ, dia memperlihatkan koreografi dengan elemen gerak tari dari Cina, India, Barat, Tradisi, dan komedi. Bagian terakhir ini memperlihatkan ia menari dengan mengeksplorasi gerak tubuh topeng monyet. - Ekspresi wajah dan tata rias
Seorang penari harus bisa mengeksplorasi ekspresi wajah dan tata rias. Dengan ekspresi wajah serta tata rias, seseorang bisa menampilkan kelucuan yang ditampilkan dalam sebuah koreografi.
Tata rias bisa menggunakan semacam bubuk putih untuk wajah seperti yang biasa dipakai badut atau pemain pantomim. Bisa juga aneka bulu mata yang menimbulkan nilai humor. - Properti pentas
Yang dimaksud dengan properti atau perlengkapan pentas antara lain aneka sanggul, wig, kaca mata, topeng, payung, dan sebagainya. - Waktu
Menurut Didik Nini Thowok, yang tak kalah penting untuk menampilkan adegan, gerakan, dan ekspresi humor adalah menunjukkannya pada saat yang tepat. Jangan asal menyelipkan gerakan, melainkan harus diatur waktu dengan gerakan yang tepat.
Seniman Didik Nini Thowok menari bersama puluhan murid sanggar tari Natya Lakshita di Malioboro, Sabtu (14/3). Karnaval untuk memperingati hari jadi sanggar milik Didik yang ke 29. ANTARA/Regina Safri
Didik mulai mengenal tari, khususnya tari komedi sejak 1974 ketika ia masuk Akademi Seni Tari Indonesia atau ASTI yang kini disebut Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Sebagai mahasiswa baru, setelah masa perploncoan mereka harus tampil dalam sebuah inagurasi. "Saat itu kami menampilkan tari lucu-lucuan, lakon Ande-ande Lumut saya jadi Mbok Rondo," ujarnya.
Penampilan Didik Nini Thowok dalam pentas inagurasi itu menarik perhatian seniornya, Bekti Budi Hastuti atau Tutik. Didik Nini Thowok kemudian diajak bergabung untuk pertunjukan lainnya. Dia diminta menjadi dukun yang membawa anglo dan ratus.
Pertunjukan itu sukses, dan dari sanalah nama Ninik Thowok melekat pada nama Didik. Bersama Bambang Leksono Setyo Aji, Tutik dan Didik mendirikan Bengkel Nini Thowok. Mereka lanjut berkreasi dengan membuat tari komedi. Lalu lahirlah tari Kethek Ogleng, Mimi Mintuna, Topeng Salome, Dwi Muko, dan lainnya.
Dalam membuat kreasi tari komedi ini, kata Didik, mereka mengeksplorasi tubuh atau gerak tubuh yang bisa menimbulkan kelucuan. "Tapi dasar atau pakemnya tetap tari tradisional. Ini kan memplesetkan gerakan pakem," ujar Didik Nini Thowok yang terus mengeksplorasi karya-karyanya di sanggar Natya Lakshita.