Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang seniman perempuan di Cimahi, Mola, mengubah sudio tempatnya berkarya menjadi galeri seni. Peresmiannya dimeriahkan oleh pameran lukisan bersama 16 seniman perempuan dari berbagai kota dengan tema lingkungan. Acaranya berlangsung dari 11 Februari hingga 11 Maret 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peserta pameran merupakan seniman terpilih yang dinilai punya kecenderungan berekspresi dengan media yang beragam serta berkarakter visual yang kuat. Mereka berasal dari Jakarta, Bandung, Sukabumi, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Sorong-Papua. Pameran bertajuk Sunshine of Life itu dikuratori oleh Alia Swastika dan Heti Palestina Yunani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari catatan pengantar kurasi pameran, Alia menyatakan, perempuan punya peran yang sangat kuat dalam proses menjaga ekosistem seperti yang tersimpan dalam arsip dan pengetahuan lokal. “Inilah yang kemudian menjadi dasar bagi lahirnya gagasan eko-feminisme,” kata dia. Para perempuan menjadi pusat bagi energi kehidupan dan menjadi penjaga utama bagi siklus pelestarian lingkungan.
Karya lukisan Astuti Kusumo atau Dyan Anggraini menurutnya, menggemakan kembali relasi perempuan dan semesta, masing-masing dengan judul Ibu Bumi dan Energi Matahari. Sementara karya Lini Natalini yang berjudul Landscape membawa imajinasi atas bentang alam masa kini yang sudah berubah karena campur tangan manusia. Perubahan lain seperti pada lukisan Survive karya Woro Indah Lestari, berkaitan dengan upaya manusia menghadapi pandemi.
Lukisan akrilik karya Setia Utami berjudul The Great Elk di kanvas berukuran 90 x 100 cm. Dok.Pameran
Dari Sorong, pelukis Emmy Go menggambarkan desa tempat tinggalnya dulu di kaki Gunung Ijen, Banyuwangi. Sementara Setia Utami melukis The Great Elk, rusa di Irlandia yang terancam punah. Adapun Yashumi Iisi lewat karya Beda Bahasa, menggambarkan sosok manusia berkepala ikan lele dan burung yang tengah berinteraksi.
Selain itu, seniman lain mengusung tema lukisannya berlandaskan pengalaman sendiri. Desy Gitary dengan judul Positive Dualism mengangkat persoalan wanita lajang yang harus berhadapan dengan berbagai stigma di masyarakat termasuk sesama perempuan. Sementara karya Inanike Agusta yang menggunakan metafora kupu-kupu yang melambangkan perjalanan karir dan status dirinya.
Seniman lain yang ikut berpameran yaitu Mola, sebagai tuan rumah, Maria Tiwi, Ulfah Yulaifah, dan Ulil Gama yang menyoroti masalah gangguan tidur pada manusia masa kini lewat karya berjudul Insomnia. Kemudian ada Prajna Dewantara, Nia Gautama, dan Erica Hestu Wahyuni.
Mola Art Gallery berada di komplek perumahan Griya Asri Cahaya Cipageran Blok N 23 Jalan Kolonel Masturi KM 3 Cipageran, Cimahi Utara, Kota Cimahi Jawa Barat. Pengelola membuka kunjungan publik dari Selasa hingga Minggu dari pukul 14.00 - 20.00 WIB dengan sistem reservasi dan mematuhi protokol kesehatan.
ANWAR SISWADI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.