Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Dan Korban Pun Berguguran

Jualan utama beberapa reality show memang keterkejutan, emosi, dan ekspresi kemarahan orang. Mengapa menjamah wilayah pribadi?

28 Juni 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang pemuda tampak gelisah menunggu pacarnya di halaman parkir Ranch Market Jakarta Selatan. Duduknya terlihat tak tenang. Sesekali Sandy, nama pemuda itu, mendongakkan wajah karena yang ditunggu tak juga datang. Saat muncul cewek berkaus hitam, ia bersegera membuka pintu mobil dan keluar. Mahasiswa Universitas Paramadina Jakarta itu bukannya menyambut pacar dengan mesra, tapi menembak dengan segerobak tuduhan. Cewek yang ditunggu tadi rupanya tak menduga dan tak siap menangkis serangan mendadak. Perang mulut dua sejoli itu pecah selama beberapa menit di halaman parkir yang tersengat terik matahari. Sandy punya amunisi untuk memberondong si pacar. Beberapa hari sebelumnya ia dan awak program Harap-Harap Cemas (H2C) menguntit mahasiswi Universitas Paramadina Jakarta itu saat jalan bareng cowok lain di Pondok Indah Mal (PIM) dan Cilandak Town Square (Citos). Acara makan siang keduanya di PIM tak luput dari pantauan kamera H2C. Sandy makin geram karena pacarnya bilang, ia sedang di Citos bersama teman-teman kampus. Perang di siang bolong itu berakhir dengan satu kata: putus. Sang cewek tak bisa menangkis, apalagi setelah ia tahu acara jalan bareng cowok lain terekam kamera. Ia mengakui kesalahannya dan berkata, "Selama ini saya kurang mendapat perhatian dari dia." Perempuan berambut hitam sebahu ini cuma bisa menangis. Tayangan selama 30 menit di SCTV, Ahad sore dua pekan lalu itu, menggambarkan dirinya sebagai cewek tak setia dan suka berbohong. Pernyataan Sandy bahwa dia tak jujur yang ditampilkan sebelumnya makin menguatkan dugaan itu. Putus cinta peserta reality show yang dipandu Desta dan Arie Dagienk ini bukan cuma dialami dua sejoli tadi. Dari 38 episode yang telah ditayangkan, "Hampir separuhnya berakhir putus," kata Faiz Sumarno, sutradara H2C. Sebagian besar penyebabnya ketidakjujuran pasangan yang terekam kamera dan bisa disaksikan pemirsa. Namun reality show ini bukan satu-satunya tempat mengakhiri kisah cinta. Program Playboy Kabel setiap Sabtu sore di stasiun televisi yang sama punya kisah serupa. Memang jumlahnya tak sebanyak H2C. Arena uji kesetiaan pacar ini baru melewati 38 episode. Setiap episode menampilkan satu pasangan yang sedang diuji. Awak Playboy Kabel menggoda pacar si pelapor yang memantau lewat telepon. Lewat percakapan inilah si pelapor bisa mengetahui kadar kesetiaan pasangannya. Sekitar 65 persen dari 38 peserta ternyata tergoda oleh rayuan maut, dan gara-gara itu juga, "15 persen di antaranya berakhir putus," kata Dodi Gunawan, produser Playboy Kabel. Program reality show yang marak di televisi kita memang menjanjikan. Tapi jangan lupa acara ini juga berisiko. Tragedi polisi yang dipecat dan dimutasi karena ikutan Mbikin Orang Panik (MOP) di RCTI merupakan contoh terkini. Di luar itu, sederet kisah tak nyaman pernah terjadi karena orang yang dikerjai tak bisa menerima dengan beragam alasan. Gitaris grup musik Element, Adhitya Pratama, sempat menonjok awak Ngaciir (RCTI) yang mengerjainya saat memarkir mobil. Emosi bapak satu anak itu tersulut karena ia hampir terlambat dalam peluncuran album. Selain Adhit, masih banyak pesohor yang menjadi korban reality show. Vokalis Gigi, Armand Maulana, kesal bukan kepalang karena tak diberi karcis oleh awak Emosi (Trans TV) yang menyamar jadi tukang karcis di kantor Trans TV. Begitu pula Richard Buntario, sutradara film Cinta 24 Karat, yang sampai menggebrak meja di kantornya dalam tayangan serupa. Ada pula Anya Dwinov, yang sempat uring-uringan karena disorot kamera kru Ketok Pintu (TV7) saat baru bangun tidur di rumahnya di Cawang, Jakarta Timur. Maklum, artis ini biasanya cuma berkaus oblong tipis dan celana dalam saat bobo. Untung, ibunya sudah menyiapkan piyama di tempat tidur karena tahu esok pagi awak Ketok Pintu mau datang. Jualan utama beberapa reality show memang keterkejutan, emosi, dan ekspresi kemarahan orang. Sayang, sebagian ada yang menjamah wilayah pribadi dan kurang tepat memilih waktu. Korbannya bukan cuma orang yang dikerjai, tapi juga awak reality show yang tak menduga reaksi calon korban. Faiz Sumarno tak pernah melupakan kejadian tiga pekan lalu saat menguntit Ari atas laporan Gadis, pacarnya. "Kita tidak menduga sama sekali respons dia," katanya. Awak H2C menguntit Ari karena Gadis ingin tahu pacarnya punya gebetan baru atau tidak. Eksekusi terakhir kamera akan dilakukan di halaman rumah Ari di Radio Dalam, Jakarta Selatan. Begitu tahu dikuntit awak H2C, Ari masuk rumah dan keluar lagi dengan pistol di tangan. Cowok yang mengaku kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu menodongkan pistolnya ke wajah juru kamera. Kaset rekaman dirinya diminta dan langsung dirusak. "Karena terancam, kita lapor ke polisi," kata Fanny Rahmasari, produser H2C. Pembawa acara Cek & Ricek di RCTI ini mengaku memang tak semua orang bersedia aktivitas pribadinya diketahui orang. "Tapi cara menolaknya itu yang kita sayangkan," katanya. Untuk mengantisipasi dampak yang tak terduga, pengelola reality show biasanya membuat perjanjian. Risiko yang ditimbulkan akibat tayangan, seperti putus cinta, menjadi tanggung jawab peserta. Pengelola H2C dan Playboy Kabel mematok syarat belum tunangan, belum menikah, dan usia maksimal 20 tahun. Segmen tayangan ini memang remaja yang jatuh cinta. Sedangkan Paranoid (Trans TV) mensyaratkan tidak punya penyakit turunan seperti jantung atau epilepsi alias ayan. "Kita minta jaminan sehat kepada pendaftar yang ingin mengerjai temannya," kata Andi Fariadi, produser Paranoid. Tayangan malam hari ini cuma menakut-nakuti calon korban dengan empat hantu jadi-jadian. Ada yang berupa kuntilanak, genderuwo, pocong, dan tuyul. Ekspresi ketakutan korban menjadi momen penting acara ini. "Syukurlah, sampai 43 episode tidak ada korban yang pingsan," katanya. Anak buah Andi rupanya sudah mengukur kapan ketakutan korban harus diakhiri. Kalaupun jatuh korban, itu cuma telepon seluler Thomas Ramdhan, pemain bas band Gigi saat dikerjai Paranoid. Thomas yang ketakutan langsung melempar "hantu" itu dengan telepon selulernya. Keruan saja alat komunikasi itu hancur berantakan. Acara yang dimiliki semua televisi swasta di Indonesia terus berkibar karena keterlibatan pemirsa. Tak harus artis dan bintang sinetron. Sejoli dari pinggiran Jakarta tiba-tiba saja tampil di layar kaca. Jangan heran jika pendaftar H2C mencapai 70 orang setiap hari, Playboy Kabel sepuluh pendaftar, dan Paranoid empat orang. Tak semua bisa ikut serta dan tak seluruh hasil bisa ditayangkan. Saat ini di laci pengelola H2C ada sepuluh cerita yang tak ditayangkan. Ada yang atas permintaan peserta, ada pula karena keputusan pengelola. Sajian layar kaca ini kadang jadi tak nyaman buat sebagian orang seperti Sandy karena harus menutup kisah kasihnya bersama Aya. Namun ada pula yang beruntung. Sebulan lalu seorang mahasiswi di Yogyakarta selamat dari pelukan playboy betulan setelah membuktikan lewat Playboy Kabel. Di acara ini pula dua bulan lalu seorang perempuan mantap melangkah ke pelaminan. Cowoknya yang pemilik event organizer di Kemang, Jakarta Selatan, tak mempan dirayu. Bahkan ketika awak program ini mengerahkan tiga cewek penggoda dengan segerobak rayuan maut. Arif Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus