Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Detektif popeye lagi

Pemain: gene hackman, fernando rey skenario: alexander jacobs, robert dan laurie dillon sutradara: john frankenheimer resensi oleh: salim said (fl)

24 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FRENCH CONNECTION II Sutradara: John Frankenheimer Skenario: Alexander Jacobs, Robert dan Laurie Dillon. *** BAGI mereka yang telah menonton French Connection I (TEMPO 7 oktober 1972), langkah-langkah berikut detektip "sinting" Popeye Doyle bukan soal rumit untuk ditebak. Akhir-akhirnya dua seri kisah pembasmian penyelundupan obat bius ini memang jadi sepotong riwayat hidup detektip New York yang bernama Doyle (Gene Hackman). Ia masih keras, bahkan lebih keras, dari penampilannya dalam seri pertama dulu. Gagal menangkap Alain Chernier (Fernando Rey) di New York, ia tiba di Marseille dengan tekad yang lebih pasti. Tapi seperti ketika di New York, juga di kota pelabuhan Perancis ini Doyle banyak membikin ribut kolega-koleganya. Ketika di New York ia pernah melepaskan tembakan yang mengakibatkan kematian temannya. Di Marsille, adalah karena ketidaksabarannya juga menyebabkan terbunuhnya seorang detektip oleh penembak gelap. Bagi Doyle, Chernier bahkan telah menjadi musuh pribadi. Ketika markas para penyelundup itu diserbu polisi, Doyle cuma memperhatikan dan menguntit Chernier yang sempat lolos. Dan untuk permusuhan yang sifatnya demikian barangkali saja Doyle merasa tidak perlu tunduk pada aturan kepolisian Perancis. Tapi justru karena itu pulalah ia akhirnya berhasil menemukan dan membunuh buronannya. Rasa-rasanys permusuhan pribadi detektip New York dengan jagoan penyelundup Perancis itu juga menjadi pengetahuan atasan Doyle. Itulah sebabya maka justru dia yang dikirim ke Marseille, pusat kegiatan para penyelundup bius Perancis. Dan dengan caranya sendiri, Doyle senang dengan tugas berat itu. Ia bahkan sangat marah ketika koleganya di Perancis menyediakan dua pengawal baginya. Risiko menghindari pengawal itulah yang ia rasakan ketika terperangkap ke dalam sarang Chernier. Tiga minggu ia di sana sebagai kelinci percobaan dengan dosis heroin yang tinggi. Sebuah penderitaan yang hebat, tapi juga restu tersembunyi. Kini jejak Chernier tertemukan. Dan dalam keadaannya yang terdesak sebagai tamu kepolisian Perancis, Doyle untuk kesekian kalinya memperlihatkan kesintingannya: hotel bekas tempat penyiksaan dirinya ia bakar. Dan "tikus-tikus" pengikut Chernier keluar terbirit-birit. Maka diketahuilah markas Chernier sekaligus kapal berbendera Belanda yang dipergunakan mengangkut selundupan ke New York. Pertempuran, kejar-kejaran dan tentu saja juga bunuh-bunuhan. Tidak puas dengan cuma mengobrak-abrik sarang musuh Doyle yang menyembunyikan senjata di sepatu larsnya, berlari sepanjang rute bis, sepanjang kade pelabuhan Marseille untuk akhirnya mengakhiri hidup Chernier yang sudah merasa aman di atas perahu pesiarnya itu. Dalam bentuknya yang tampak, porsi-porsi jenis adegan dalam seri kedua ini sebenarnya sama saja dengan yang mendahuluinya. Ada kejar-kejaran mobil di seri pertama, di seri kedua muncul kejar-kejaran manusia dengan bis dan kapal pesiar kematian kolega polisi di seri pertama juga terulang pada yang berikutnya. Kekasaran itu, kekerasan itu, semuanya dengan utuh muncul kembali lewat pengerjaan yang rapi dan trampil. Bisa juga lantaran ketrampilan itu maka film ini mengasyikkan. Tapi rasanya ada yang lebih menarik dari itu. Ketika setiap orang makin hari makin didesak menjadi polisi bagi diri, keluarga dan harta bendanya di dunia yang makin rumit dan ruwet ini, kehadiran polisi macam Doyle sudah pasti bagaikan musafir haus yang jumpa mata air di tengah padang pasir. Adanya semacam pemuasan diri dalam menikmati perjuangan Doyle, meskipun kenyataan dalam jarak sekian menit dari pemutaran film ini hanya akan meyakinkan kita bahwa Doyle yang "sinting" kini -- paling tidak di negeri kita -- cuma ada dalam gedung-gedung bioskop setelah layar tersorot. Salim Said

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus