Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Film Mulan sempat mendapat penolakan dari aktivis pro-demokrasi di beberapa negara di kawasan Asia. Para aktivis menyerukan kepada penonton untuk menjauhi film Mulan melalui gerakan #BoycottMulan yang berkembang di media sosial.
Dilansir The Hollywood Reporter, Selasa, 8 September 2020, seruan di media sosial terkoordinasi di Hong Kong, Taiwan, dan Thailand selama akhir pekan mendesak para penonton film untuk melewatkan film tersebut karena komentar bintang utamanya, aktris Liu Yifei, yang mendukung kepolisian Hong Kong saat mereka menindak protes demokrasi tahun lalu.
Film Mulan juga menghadapi seruan boikot secara global karena melakukan pembuatan film di Xinjiang sebab pelanggaran hak terjadi pada populasi muslim di kawasan itu telah didokumentasikan secara luas. Lalu pihak Disney juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pemerintah Ciina termasuk wilayah Xinjiang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mulan secara resmi diputar di bioskop Cina pada Jumat lalu dan dibanjiri pujian, khususnya dari kementerian luar negeri negara tersebut. Dikutip AFP, Sabtu, 13 September 2020, juru bicara kementerian luar negeri Cina, Zhao Lijian pada Jumat, 11 September 2020, memuji kemampuan Liu Yifei sebagai "Mulan kontemporer" dan menyebutnya sebagai "anak Cina sejati".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Zhao Lijian menepis kontroversi itu, dengan mengatakan bahwa itu "sangat normal" untuk berterima kasih kepada pemerintah Xinjiang atas bantuan mereka dan mengabaikan kritik dari "beberapa organisasi hak asasi manusia."
Mulan berhasil menjual sekitar 41 juta yuan atau 5,99 juta dolar Amerika tiket pada sore hari, menurut platform tiket Maoyan. Tapi film, yang telah dilihat banyak orang secara daring lebih dulu, menarik banyak ulasan buruk dan peringkat 4,7 dari 10 di situs ulasan pengguna populer Douban.Seorang perempuan berjalan melewati iklan yang mempromosikan film Disney "Mulan" di halte bus di Beijing, Cina 9 September 2020. [REUTERS / Carlos Garcia Rawlins]
Beberapa tidak menyukai karena ceritanya berbeda dengan kisah asli animasi klasik yang dirilis tahun 1998. Ada juga yang mengkritik adegan aksi yang dilakukan Mulan. "Dalam benak saya, Mulan awalnya anggun dan bukan seniman bela diri saat kecil," tulis seorang pengguna.
Pengulas lain menambahkan, "Alur ceritanya sangat buruk dan kompleks, pahlawan Mulan disorot tanpa logika. Urutan seni bela diri juga lemah."Yang lain mempertanyakan mengapa tidak ada lebih banyak staf asal Cina yang mengerjakan film tersebut.
Di tengah kehebohan tersebut, tagar "Mulan" tampaknya telah dinonaktifkan di platform mirip Twitter di Cina, Weibo, dengan tag tersebut tidak muncul di hasil pencarian pada Jumat kemarin.
Meski demikian, penonton di Beijing sepertinya tidak menyadari adanya protes internasional tentang film yang memakan biaya hingga 200 juta dolar Amerika tersebut.
"Mulan adalah nama yang bagaikan sebuah rumah. Orang yang berbeda mungkin memiliki cara berbeda untuk memahami cerita ini. Kali ini, saya pikir mereka berhasil," kata Hu Xia, 46 yang menonton film itu bersama putranya. Penonton bioskop lainnya, Alvin Ye yang berusia 30 tahun, memuji film tersebut karena menggambarkan seorang wanita yang luar biasa.