Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aktor Ferdi Ali kembali ke layar lebar lewat film horor Jagal Teluh. Dalam film garapan George Hutabarat itu, ia berperan sebagai Aldo, laki-laki yang terjerat cinta terlarang dengan Mahira (Elina Joerg). Selama syuting, ia sangat menikmati suasana yang dibangun oleh sutradara dan tim produksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mas George memberikan arahan yang jelas, dan saya merasa nyaman dengan proses kreatif yang terjadi di lapangan,” ucap Ferdi dalam wawancara daring dengan Tempo pada Kamis, 27 Februari 2025. Adapun syuting dilakukan di Klaten selama 15 hari pada 2022.
Meski begitu, proses produksi tidak selalu berjalan mulus. Salah satu kendala utama adalah cuaca. Ada pula kejadian kesurupan yang memakan waktu hingga lima jam. Dengan jadwal syuting yang ketat, Ferdi menilai tantangan seperti ini berisiko menambah anggaran produksi.
Dari Sinetron ke Film Horor
Ferdi lebih dikenal lewat sinetron dan FTV. Namun, kiprahnya di film sudah dimulai sejak 2004. “Antara 2004 hingga 2009, saya sempat bermain di dua film. Setelah itu, saya lebih fokus ke sinetron,” ujarnya. Sehingga, Jagal Teluh bukan film layar lebarnya yang pertama. “Ini film saya yang ketujuh atau kedelapan." Namun, sebagian besar film yang ia bintangi memang bergenre horor.
Suami dari Raden Silvi itu merinci, berakting dalam film horor lebih sulit dibanding drama. “Eksekusinya hampir mirip dengan film aksi, karena sering melibatkan sling, efek khusus, hingga adegan pertarungan dengan entitas gaib,” ucapnya.
Tantangan Berbahasa Jawa
Dalam Jagal Teluh, Ferdi memerankan karakter Aldo yang menggunakan bahasa Jawa. Tantangan ini cukup besar, mengingat ia berasal dari Pariaman, Sumatera Barat. “Saya lahir dengan bahasa Minang—Padang dan Pariaman—dan bahasa Betawi, karena saya besar di Tanah Abang,” ujarnya.
Aktor kelahiran 1985 itu bercerita, skenario film ini ditulis dalam dua bahasa—Indonesia dan Jawa. “Kami dituntut berbicara dalam bahasa Jawa sesuai karakter masing-masing,” ujar Ferdi. Ia pun berinisiatif belajar langsung dari penutur asli. Ia meminta bantuan teman istrinya yang berasal dari Yogyakarta, yang menterjemahkan dialognya dalam rekaman suara. Dari rekaman itu, ia berlatih memahami intonasi dan melafalkannya secara natural dalam adegan.
Menurut Ferdi, tantangan terbesar adalah memastikan logat dan nuansa emosionalnya tepat. “Kalau orang Sunda atau dari daerah lain menonton, mungkin mereka akan menganggap bahasa Jawa saya bagus. Tapi bagi orang Jawa, mereka pasti lebih bisa menilai apakah pelafalan dan intonasi saya sudah tepat,” ungkapnya.
Horor Klenik dalam Jagal Teluh
Ferdi menilai, Jagal Teluh merupakan tontonan menarik. “Film ini masuk dalam kategori horor klenik, bukan sekadar horor jumpscare,” kata dia. Film ini mengikuti kisah Saida (Selvi Kitty), perempuan yang mengalami stigma sosial sejak kecil akibat luka di wajahnya. Terobsesi mengubah nasibnya, ia menjalani ritual mistis untuk mendapatkan kecantikan sempurna.
Dibantu adiknya, Mahira (Elina Joerg), Saida berhasil memenuhi syarat ritual itu. Namun, kecantikannya justru membawanya ke ambisi lain—balas dendam terhadap mereka yang pernah menghinanya. Di balik terornya, Jagal Teluh menyisipkan kritik sosial tentang standar kecantikan. Film ini mulai tayang di bioskop pada Kamis, 27 Februari 2025.