Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Film Festival Kurang Populer, Ario Bayu Tak Bisa Salahkan Selera Publik

Penyelenggaraan FFI dapat memberdayakan produksi film lokal Indonesia dan membuka ruang bagi film festival agar lebih dikenal.

22 April 2024 | 23.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ario Bayu. (Tempo/Thea Fathanah)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komite Festival Film Indonesia (FFI) Periode 2024-2026 Ario Bayu menanggapi fenomena film festival yang kurang populer di tengah-tengah masyarakat seperti Women from Rote Island, Eksil, dan Evaluasi Mama Emola yang menang dalam FFI 2023. Ia mengatakan, selera pasar tidak bisa disalahkan. Saat ini, masyarakat sedang menyukai film horor yang lama bertengger di bioskop.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Film yang ditonton itu cerminan masyarakat kita saat ini, terkadang sangat fair juga, kadang-kadang tergantung selera pasar kita saat ini. Misalnya horor yang sedang marak sekali. Tapi, itu yang dinamakan selera publik dan tidak bisa disalahkan," kata Ario Bayu dalam konferensi pers FFI di Plaza Senayan pada Senin, 22 April 2024.

Kurang Populernya Film Festival Menarik Didiskusikan

Mengapa film festival cenderung jarang diminati dan jumlah penontonnya sedikit, padahal menang dalam ajang nasional, hal itu menurut Ario Bayu sangat menarik untuk didiskusikan. "Harapannya kita bisa urai bareng-bareng, mengapa film festival itu dianggap tidak populer," kata Bayu, sapaan akrabnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ario Bayu menuturkan, penyelenggaraan Festival Film Indonesia sudah digelar sejak 65 tahun lalu. Fungsi penyelenggaraan acara memperebutkan Piala Citra itu untuk memberdayakan produksi film-film lokal Indonesia. Menurut Ario Bayu, FFI juga merupakan festival demokratis untuk menampung semua karya anak bangsa.

"Kita tidak mendiskriminasi antara film populer dan tidak. Kami mengutamakan kepada karya dan hal-hal intrinsik di dalam film itu sendiri," kata dia.

FFI Buka Ruang untuk Film agar Lebih Populer

Ario Bayu yang menjalani debut sebagai aktor di film Bangsal 13 itu mengatakan, FFI tak hanya berfungsi sebagai festival demokratis saja. FFI juga membuka ruang kepada film-film yang tidak bisa dipamerkan atau ditonton di ruang-ruang yang lebih populer. 

"Jadi FFI kembali lagi, salah satunya menjadi platform dan ruang demokratis bagi teman-teman pembuat film dan masyarakat sebagai penikmat film, ingin menonton film yang tidak bisa dieksibisikan di Bioskop atau tepat populer lainnya," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus