Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Flash gordon dengan humor

Film flash gordon kini beredar. lebih berwarna dibanding supermen, juga lebih kocak. dengan persiapan yang lama, dengan perlengkapan yang mahal. tapi pemainnya tak begitu sukses.(fl)

4 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERS Amerika Serikat pernah bergurau untuk sebuah masalah yang serius. Ketika Rusia berhasil meluncurkan satelitnya yang pertama, 1957, mendahului AS, koran-koran menghimbau Pentagon (Hankam-nya sana) agar minta bantuan Flash Gordon. Rupanya tokoh hero yang fiktif itu bagi masyarakat AS dianggap seolah-olah memang benar-benar hidup di antara mereka -- kurang-lebih sebagaimana tokoh wayang bagi masyarakat Jawa. Kebanyakan tokoh-tokoh hero AS diciptakan di tahun 30-an sebagai tokoh ciptaan pelukis-pelukis komik. Superman, misalnya, si manusia Planet Krypton yang bisa terbang dan kebal itu, diciptakan Joe Shuster dan Jerry Siegel. Flash Gordon, manusia bumi biasa, penjelajah ruang angkasa luar diciptakan Alex Raymond. Tak seajaib Superman, Si Flash ini hanya cerdas, cerdik, tak kenal takut dan seorang olahragawan - ia di New York dikenal sebagai pemain belakang sebuah tim football yang tampan. Menyusul Superman, kini pun Flash Gordon muncul di layar putih. Setelah prestasi membuat Superman terbang, dan keberhasilan menggambarkan pertempuran pesawat-pesawat angkasa luar, dalam Stars War, dunia film agaknya tak merasa kesulitan untuk menampilkan Flash Gordon. Hasilnya, fantasi Alex Raymond yang mulai muncul pada 1934 itu, yang memang tak begitu sulit diwujudkan dalam gambar, ternyata meyakinkan di dalam film. Pesawat angkasa luar yang diserbu manusia elang yang bisa terbang, atau binatang-binatang aneh angkasa luar -- itu semua seperti benar-benar terjadi, bukan bikinan. Tapi, setelah Superman dan Stars War, Flash Gordon agaknya punya kelebihan. Mike Hodges, sutradaranya, agaknya cukup sadar bahwa ketrampilan teknologi film beserta akal-akalannya untuk membuat gambar hidup itu menarik, tak cukup kuat sebagai andalan buat Flash Gordon. Harus ada sesuatu yang lain -- kalau tak mau tenggelam oleh dua film yang mendahuluinya itu. Dan Mike Hodges berhasil. Pertama, setting kerajaan angkasa luar dibuat dengan warna-warni yang melebihi Superman maupun Stars War. Juga ilustrasi musik yang ditangani The Queen, begitu memukau, mendukung suasana dan masuk di saat-saat yang tepat. Grup musik hard rock yang dibentuk 1971 di London ini, yang biasanya menggunakan latar belakang orkes besar London Philharmonic Orchestra, warna musiknya memang cocok untuk satu suasana yang panas, asing, gemuruh. Dan juga kostum. Termasuk sayap-sayap manusia elang -- yang betul-betul nampak seperti tumbuh dari tulang belikat mereka. Manusia Elang Tapi yang paling sukses adalah semangat humor yang ada dalam film ini - yang tak ada dalam komiknya. Setelah setting, musik dan kostum, sesungguhnya tak ada hal luar biasa lagi yang bisa dipertahankan selama hampir dua jam itu. Humor itulah yang tiba-tiba menyentil penonton, yang menyadarkannya bila situasi telah menjadi membosankan -- betapapun cerita Flash Gordon sendiri sangat sederhana, tak berimbang dengan segala kostum dan tetekbengeknya. Dan itulah, dengan humor penonton pun tetap diajak 'sadar': betapapun seriusnya adegan dalam film itu, betapa pun semuanya nampak seperti sungguh-sungguh terjadi, tapi semua itu hanya main-main -- hanya sebuah cerita fiktif yang difilmkan. Dan kita pun tertawa, karena humor Flash Gordon -- sekaligus menertawai diri sendiri, telah begitu bersungguh-sungguh mengikuti gambar hidup itu, padahal .... Misalnya, ketika Flash Gordon, Dale Arden dan Dr. Hans Zarkov di ahli angkasa luar yang dipecat NASA (badan angkasa luar AS) karena dianggap gila, terpaksa berkelahi melawan pengawal-pengawal Kaisar Ming dari Planet Mongo. Mula-mula Flash tak berkutik. Akhirnya ia tahu, dengan tak-tik bermain Joot ball ia pun bisa mengalahkan mereka. Apalagi, Vultan, si raja manusia elang taklukan Kaisar Ming diam-diam membantu Flash. Bila seorang pengawal Ming persis berdiri di depannya, langsung ia pukul kepalanya -- sesudah itu ia pun bersikap seperti tak terjadi apa-apa. Tapi justru ketika Dr. Zarkov melempar 'bola' kepada Flash, kekalahan pun tak bisa dihindari: 'bola' itu sempat mengenai kepala Flash yang langsung pingsan. Dan lihatlah, Dale Arden, pramuwisata cantik yang terpaksa ikut misi Dr. Zarkov itu. Ketika mau melarikan diri dari cengkeraman Ming, tetap saja Dale tak melupakan sepatunya: dia bawa ke mana dia lari, baru dipakainya setelah aman. Tapi yang paling gerrr barangkali ketika Flash ditanya Kaisar Ming yang menangkapnya. Jawab Flash, dia ini pemain belakang foot ball tersohor, New York Jets. Memangnya si Ming ini tahu permainan sepakbola orang Amerika itu! Toh, bagi yang mencari seni akting, bisa kecewa. Sam Jones sebagai Flash, tak mencerminkan si jagoan yang cerdas. Apalagi gaya karikatural Melody Anderson (Dale Arden) tak sangat lucu: kalah jauh dengan Leslie Newman yang memerankan Lois Lane, pacar Superman. Tak tahulah apa kira-kira komentar Alex Raymond bapaknya si Flash ini, yang meninggal dalam satu kecelakaan mobil, 1956. Sesungguhnya Flash Gordon pun pernah difilmkan di tahun 30-an. Tapi teknik perfilman waktu itu tentulah tak sehebat kini. Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus