Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Lawangwangi Creative Space membuka Galeri Hybridium di Jalan Dago Giri, Bandung. Menyasar kalangan kolektor muda dan pecinta seni baru, harga karya dari seniman pilihan ditawarkan lebih terjangkau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Hybridium sebagai sebuah galeri alternatif untuk seniman-seniman yang dikenal dengan karya multiple atau edisi dan harga jualnya lebih murah,” kata kurator, Asmudjo Jono Irianto, saat pembukaan Jumat, 23 Februari 2024.
Galeri Hybridium Usung Keberagaman
Menurutnya sebagai galeri yang mengusung keberagaman, Hybridium menawarkan panggung untuk seniman yang bekerja dengan berbagai medium dan material. Apalagi saat ini, seni rupa kontemporer tidak lagi terikat pada medium spesifik. Semua medium dan material memiliki potensi untuk menjadi bagian integral dari ekspresi seni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program perdana Hybridium yaitu pameran berjudul By Hand: In The Fringe Exhibition. Berlangsung sejak 23 Februari hingga 23 Maret 2024, pameran itu dikuratori oleh Asmudjo. Pameran itu melibatkan seniman-seniman yang tergolong emerging artist hingga sudah dikenal oleh pasar seni rupa. Beberapa misalnya Beatrix H. Kaswara, Chandra Rosselinni, Deni Rahman, Diyanto, Dzikra Afifah, Eldwin Pradipta, EtzaMeisyara, Fefia Suh, Handy Saputra, Henryette Louise.
Karya Rizki Lazuardi berjudul Mr. Balangue Telex report Expanded Edition di Galeri Hybridium. Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Nama lainnya seperti, I Kadek Septa Adi, Jim Allen Abel, M. Akbar, Maharani Mancanagara, Meliantha Muliawan, Mujahidin Nurrahman, Natas Setiabudhi, Nesar Eesar, dan Nyoman Wijaya. Ada juga seniman RE. Hartanto, Rendy Raka Pramudya, Restu Taufik Akbar, Rizki Lazuardi, Shafa Inayah, Tisa Granicia, Tromarama, Wildan Indra Sugara, dan Yogie Ahmad Ginanjar.
Menurut Asmudjo, Hybridium bisa mengakomodasi karya seniman arus bawah juga arus tengah yang sulit masuk ke galeri-galeri besar. Selain itu menampung karya-karya contemporary craft yang cenderung lebih representasi personal dari pada fungsional.
Segmentasi Galeri Hybridium Sasar Kolektor Muda
DirekturArtSociates, Andonowati mengatakan, segmentasi pasar seni yang disajikan di Hybridium lebih menyasar kolektor-kolektor muda karena harganya lebih terjangkau dengan karya-karya seniman dengan ukuran yang lebih kecil dan memiliki edisi atau jumlah terbatas. Hybridium menurutnya seperti sebuah galeri mini untuk karya seni ukuran kecil seperti sketsa, drawing, cetak grafis.
Karya terbaru tiga lukisan Diyanto pada kertas berukuran 79 x 107 sentimeter di Galeri Hybridium. Foto: TEMPO|ANWAR SISWADI.
Kemungkinan juga karya video seni atau karya digital edisi terbatas, kemudian karya trimatra seperti objek instalasi, keramik, tapestri, patung figur, dan benda seni lain dengan material logam, kayu, kertas, serat, dan lain-lain sebagainya. Seniman Mujahidin Nurrahman, misalnya, menyajikan karya cetak.
“Ruang Hybridium terasa lebih inklusif dan friendly ketimbang Galeri Lawangwangi yang lebih eksklusif,” ujarnya. Menurutnya seniman medium printing di luar seniman mainstrem seperti ilustrator atau desainer grafis bisa ikut menyajikan karya-karyanya.
Pilihan Editor: Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi