Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penulis novel Rintik Sedu memperkenalkan buku barunya, Pukul Setengah Lima, mengangkat cerita kepura-puraan yang menjadi sebuah kreativitas dalam menyangkal realitas. Ia sudah memperkenalkannya sejak Rabu, 2 Agustus di Instagram pribadinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tsana, nama pribadi Rintik Sedu, membeberkan keterikatan cerita dengan beberapa momen yang ia alami. “Idenya muncul tiap kali aku naik taksi online. Tiap ditanya ‘Kerja di mana mbak? Udah punya anak belum?’ itu aku sebel jawab berulang-ulang. Pengen sebentar aja jadi orang lain. Terkadang buat sebagian orang, kebohongan dan kepura-puraan semenyenangkan itu,” tuturnya dalam talkshow Pesta Literasi Indonesia pada Jumat, 1 September 2023.
Keresahan Rintik Sedu Soal Komentar Jahat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keresahan yang Tsana angkat berawal dari komentar jahat yang sering ia baca di akun orang lain. Beberapa kali komentar orang lain memengaruhi ekspektasi seseorang sehingga menyetel standar baru bagi dirinya. Hal itu menimbulkan kegundahan sendiri bagi Tsana untuk melihat perspektif kepura-puraan yang nyatanya tidak terlalu buruk, terutama bagi segelintir orang asing yang hanya akan ditemui sekali seumur hidup.
Ia menyinggung, “(Komentar seperti) ‘Ih lu kok pakai baju kayak gini, ih lu gendutan ya.’ Aku bertanya-tanya kenapa mereka bisa menulis hal semacam itu, yang di kehidupan nyata mereka enggak mungkin ngomong kayak gitu. Akhirnya aku pegang isu itu, tetapi aku mengemas itu dengan (tema) seseorang yang pengen jadi orang lain."
Sinopsis Pukul Setengah Lima
Melansir dari web resmi rintiksedu.com, Pukul Setengah Lima berisikan kisah Alina yang membenci seisi hidupnya, berusaha untuk menciptakan realita baru melalui kebohongan yang ia ciptakan dengan menjelma sebagai Marni, ketika ia berkenalan dengan seorang laki-laki di bus pada pukul setengah lima. Pilihannya dua, antara kebohongan itu akan berhasil menyelamatkannya atau menambah kesialan dalam hidupnya.
Tsana termasuk dalam penulis muda yang sedang aktif melanjutkan tulisan-tulisannya. Para penggemarnya yang disebut Pasukan Teri, saat ini tengah memburu ketersediaan novel Alina tersebut, sembari menunggu rilisnya PRA yang tak kalah dinantikan Teri.
Selaku seorang penulis muda, ia menunjukkan keinginannya agar teman-teman sebayanya juga mulai mengenal buku. Tidak harus buku miliknya, tetapi bisa juga buku lain asal tetap mendorong mereka untuk membaca.
“Sekarang semua serba media sosial, jadi patokannya internet. Sangat kusayangkan buku selalu kalah urutan dengan topik obrolan, seperti musik, film, gaya hidup orang lain. Aku masih kesulitan nemu obrolan yang heboh soal buku, masih jarang banget. Jadi kalau kita lihat paling mudah mulai dari diri sendiri sih,” ucapnya.
GABRIELLA KEZIAFANYA BINOWO