Bukan saja di moncong bedil, Tidak hanya di kerangkeng, disisimu, dan bisikan itu: "Kapan kasih kau kembali?" GORESAN 33 tahun silam itu dari penyair Gyula Illyes. Jeritan kemerdekaan dan keabsahan Hungaria ditojok-tojok tank serdadu merah Uni Soviet. Imbauan Perdana Menteri Imre Nagy minta bantuan ke seluruh dunia, November 1956, tak berbalas. Mereka yang melawan dengan bom Molotov dan bedil rampasan lumpuh. Kekuasaan sepihak itu, tapi tidak aib menyebut "demokrasi", telah tegak. Dan semua sudah terbungkamkan. Bahkan, takdir untuk Nagy dan 299 tokoh lain adalah Parcela 301, tempat membuang penjahat dan bangkai hewan: tak ada nisan dan papan nama. Tahun 1958, yang dicap "anti-revolusioner" seperti Menteri Pertahanan Pal Maleter dan Peter Mansfeld (15 tahun) digantung pengadilan rahasia Uni Soviet. Tapi, setelah 33 tahun diberangus, 23 Oktober lalu, Hungaria merangkak dalam demokrasi. Igazsag atau kebenaran, bangkit. Akhir musim semi lalu, tulang-belulang di Parcela 301 dikumpulkan, dikubur ulang, layak pahlawan. "Selama ini kami cuma meraba-raba mengenai Imre Nagy dan peristiwa Oktober 1956," tutur seorang wartawan setempat. "Kini bangsa Hungaria lahir kembali." Bahkan, yang menunggu di pelosok pengasingan di Barat datang ke Parcela 301. Di sini bersemayam adik, ayahanda, kawan, dan yang legenda. Mereka membawa karangan bunga, pacul, dan ember berisi tanah. Parcela 301 yang dulu penuh ilalang, belukar, sekarang jadi tempat ziarah. Dan akhir musim gugur, daun-daun berwarna emas jatuh di sekitar. Sedang di hutan Katyn -- daerah Polandia yang dikuasai Soviet setelah Perang Dunia II -- baru ditemukan kuburan masal 4 ribu perwira Polandia yang diduga dibantai serdadu merah. Setelah tirai besi sedikit demi sedikit disibak, apakah terungkap Parcela lain? "Carilah Tirani, temuilah Tirani," kata Illyes. Yudhi Soerjoatmodjo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini