Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dua belas teknik ninja

Fujibayashi sabuji, keturunan fujibayashi nagato, pada tahun 1676 selesai mengumpulkan segala ninjutsu dari semua aliran & menerbitkan buku "bansen shukai". tetap berguna bagi kepentingan militer.

9 Desember 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI samping Koka-Ryu dan Iga-Ryu, tercatat pelbagai aliran ninjutsu yang dikembangkan misalnya oleh Hattori Hanzo, yang disebut Hatton-Ryu.Menurut catatan kuno, ada puluhan sampai ratusan aliran yang berkembang, antara lain, Kishu-Ryu, Natori-Ryu, Akutagawa-Ryu, dan Kusunoki-Ryu. Mengapa dibuat begitu banyak aliran? Ini berkaitan dengan peraturan dan adat pusaka yang amat ketat pada kaum ninja. Satu aliran ninjutsu hanya boleh diwarisi keturunan berikut yang resmi, melalui pernyataan lisan, dari mulut ke mulut. Karena takutnya pembocoran ninjutsu kepada aliran lain atau kepada musuh, kelompok ninja dilarang meningalkan sesuatu yang tertulis. Larangan keras itu hanya berlaku pada masa perang saudara, ketika banyak samurai penguasa ikut berperang di seluruh Jepang. Ketika ninja mulai kehilangan tugas, karena baik masyarakat maupun keadaan politik menjadi sangat stabil, mereka mendadak kehilangan alasan untuk menyembunyikan ilmunya. Maka, Shogun Tokugawa Iyetsuna pun memerintahkan Fujibayashi Sabuji alias Fujibayashi Yasutake agar menyusun dokumen semua aliran ninjutsu. Pada tahun 1676, Fujibayashi Sabuji, keturunan Fujibayashi Nagato selesai mengumpulkan segala ninjutsu dari semua aliran, dan menerbitkan buku bernama Bansen Shukai yang terdiri dari 11 jilid. Bansen Shukai -- "sepuluh ribu sungai yang terkumpul ke laut" -- ditulis tangan dan masih tersimpan di badan arsip nasional Jepang. Tembusannya ada di museum ninja, Kampung Ninja Koka dan Iga-Ueno. Kitab itu, menurut Shunichiro Yunoki, pernah digunakan sebagai teks resmi oleh Nakano Gakko -- Akademi Angkatan Darat Jepang yang khusus mengasuh kaum intelijen (mata-mata) pada masa Perang Dunia II. "Empat belas tahun yang lalu, saya menerbitkan kembali Bansen Shukai," kata Yunoki." Harganya 85,000 yen, dengan 11 jilid. Lucunya, pembeli yang pertama adalah perpustakaan Kongres AS, entah apa tujuan penggunaannya. Begitu pula Akademi Pertahanan Nasional Jepang. Kendati ditulis lebih dari 300 tahun yang lalu, tampaknya kumpulan pelbagai ninjutsu itu masih tetap berguna bagi kepentingan kemiliteran. Bansen Shukai bersangkutan dengan tujuan dan kegiatan kaum ninja. Dimulai dari psikologi ninja sampai cara pembuatan pelbagai jenis senjata dan racun. Berikut sebagian isi Bansen Shukai edisi bahasa Jepang modern yang disusun oleh Shunichiro Yunoki, dan dari buku Ninpo Kaiden yang ditulis Heishichiro Okuse -- pakar ninjutsu Iga-Ryu. Teknik "Muei-Mumei". Organisasi ninja harus dibuat berdasarkan prinsip "mugei" (tak kenal fungsi) dan "mumei" (tak kenal nama). Karena ninja diminta memenuhi tugas secara tersembunyi sambil menyerang garis musuh yang kurang awas, baik soal susunan organisasi maupun fungsi organisasinya tak boleh diketahui oleh musuh maupun oleh sebelah pihak sahabat. Begitu pula ninja harus menyembunyikan nama dan profesi diri sendiri. Ninja tak boleh mengharapkan pujian majikan terhadap jasa diri sendiri. Ninja harus membuang nafsu reputasi dan nafsu promosi. Teknik "Bicho". Sebelum terjadi sesuatu, pasti ada gejala. Apabila senantiasa memberi perhatian terhadap segala gejala, dapat diramalkan hal-hal yang akan terjadi. Maka, ninja perlu selalu berusaha mencari trend agar dapat mempersiapkan diri terhadap akibat gejala tersebut. Teknik "riset". Untuk membuat suatu rencana yang akurat, ninja harus mengumpulkan segala informasi yang akurat semaksimum mungkin. Misalnya untuk membuat strategi perang, ninja perlu mengumpulkan segala data tentang musuh. Tapi data tersebut hanus dianalisa secara obyektif. Teknik "Trik". Bila berhasil mengumpulkan segala informasi akurat tentang pihak lawan, sebaliknya membocorkan informasi palsu tentang kelompok diri sendiri -- infonmasi yang mudah dipercayai pihak lawan. Ketika lawan kurang waspada, mereka akan mudah diserang. Teknik "Yamabiko". Bagaimanapun tak boleh ada mata-mata musuh di dalam kelompok ninja kita. Bila ada seorang yang dicurigai, bisa digunakan teknik ini. Caranya memberi suatu informasi penting tapi yang palsu kepada tersangka, lalu menunggu "yamabiko" (gema) dari pihak musuh. Apabila musuh menunjukkan suatu reaksi terhadap informasi palsu tersebut, itu berarti tersangka mempunyai kontak dengan musuh. Teknik "kuil Shinto atau kuil Budha". Untuk mengumpulkan data tentang riwayat hidup seorang musuh, sebaiknya pergi ke kuil Shinto atau kuil Budha yang terletak di tempat lahir orang tersebut. Soalnya, kuillah yang mengurus pencatatan penduduk. Di situ mudah diperoleh segala keterangan, antara lain soal orangtua dan saudara sampai jaringan kerabat orang itu. Berdasarkan informasi tersebut bisa akrab dengan orang tersebut, hingga kapan-kapan mudah membunuhnya. Teknik "penyebaran markas besar". Bila sekeluarga ninja lama menempati alamat tertentu, itu berbahaya mengingat kemungkinan serangan musuh. Maka, sebaiknya ninja membangun markas besar di berbagai tempat. Meski kehilangan satu pangkalan, kalau ada lagi pangkalan tersembunyi, kebangkitan kembali mudah. Teknik "penyamaran". Tugas utama ninja adalah riset di kubuh musuh. Ninja harus selalu mampu masuk ke wilayah musuh tanpa diketahui. Untuk itu, ninja diwajibkan belajar bahasa daerah hingga mampu bercakap sama rakyat setempat dengan menggunakan dialek. Tambahan pula ninja hanus pandai menyamar. Teknik penyamaran dasarnya antara lain, tiruan biarawan dari berbagai jenis aliran Budha. Untuk itu ninja harus belajar beberapa jenis kaji, begitu pula mengumpulkan beberapa jenis pakaian biarawan. Boleh juga menyamar menjadi seniman, pemain, penghibur, artis, dan penyanyi palsu. Perlu mendalami kesenian agar jangan sampai dicurigai orang lain. Teknik "Shokoku Henka". Hampir sama dengan teknik penyamaran. Tapi apa yang mau ditegaskan dalam teknik ini adalah betapa pentingnya usaha pengumpulan berbagai informasi di pelbagai daerah, khususnya waktu masa damai. Demi kepentingan menjelang perang. Dengan wajah penyamaran, pergilah ke daerah untuk mengecek perubahan masyarakat, antara lain soal geografi dan peta daerah tersebut, juga "apa dan siapa"-nya penguasa-penguasa di sana. Keadaan ekonomi daerah, misalnya volume produksi beras, perlu juga dimonitor, di samping pengumpulan data mengenai kekuatan militer daerah. Teknik "pembuatan tanda tangan atau surat palsu". Ninja perlu meniru tanda tangan pemimpin musuh, membuat surat dan uang palsu. Bila dapat menyebarkan uang palsu bisa saja mengakibatkan kekacauan ekonomi di daerah yang dikuasai lawan. Jika pandai meniru tanda tangan dan tulisan tangan seorang penguasa, ninja mudah menipu anak buah penguasa tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus