Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beriman tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini (The Trouble with Islam Today) Penulis: Irshad Manji Penerbit: Nun Publisher, Jakarta, April 2008 Tebal: 342 halaman
Tidak di Barat, tidak di Timur, Islam muncul sebagai kekuatan yang keras dan menakutkan. Demikianlah kesimpulan seorang feminis muslim Kanada, Irshad Manji, setelah memantau perkembangan Islam di dunia dewasa ini. Dalam Beriman tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini, bukunya yang telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 30 bahasa, ia mengulas aneka gejala dalam tubuh Islam dengan sudut pandang kritis.
Bisa diduga, pikiran Manji, Ketua Proyek Moral Courage di Universitas New York, berangkat dari kekhawatiran akan perkembangan kelompok-kelompok yang ingin menjalankan ”Islam padang pasir”—sebutan Manji untuk praktek Islam yang keras—di luar wilayah Arab. Perkembangan Islam dewasa ini, di mata Manji, bukan seperti pesawat yang terbang menuju zona aman toleransi dan hak asasi manusia. Pesawat Islam telah dibajak dan terbang ke arah sebaliknya.
Ya, ada kekuatan yang menggerakkan sang pesawat ke arah itu. Di Toronto, Kanada, Manji melihat gejala-gejala ”Islam padang pasir” di antara masjid-masjid yang memperoleh dana petrodolar. Dan ”proyek” yang sama dia jumpai di negara muslim seperti Afganistan, Sudan, dan Pakistan. Manji khawatir perkembangan ini merambah ke negara-negara Asia Tenggara—Indonesia dan Malaysia, misalnya—dengan budaya lokal yang kaya yang saat ini terpaksa dikesampingkan karena dianggap tak cukup islami. Mungkin istilah ”tak cukup Arab” lebih mengena.
Manji menggunakan dikotomi Islam Arab dan Islam non-Arab setelah melihat ironi betapa kaum minoritas mencoba mendominasi yang mayoritas. Umat Islam non-Arab merupakan mayoritas (87 persen) di dunia, dan Islam Arab minoritas (13 persen).
Manji piawai melontarkan pertanyaan kritis dan radikal tentang Islam. Ia tentu mengecewakan orang-orang yang ingin mendapatkan jawaban instan dan pedoman yang pasti tentang Islam. Tapi ia mengajak orang mengerahkan kekuatan kurnia Ilahi yang paling banyak diabaikan umat Islam: akal.
Ilmuwan Al-Quran seperti Jamal Badawi termasuk yang jadi sasaran kritiknya ketika mengajukan tafsiran atas ayat Al-Quran yang menganggap ”istri-istri adalah ladang bagi suaminya” dan, karena itu, ”datangilah ladang-ladang itu kapan saja dengan cara yang kau sukai.” Badawi menafsirkan ayat ini sebagai anjuran foreplay bagi suami-istri sebelum bercinta.
Itu sesuatu yang kedengarannya seperti terobosan, tapi memancing sensitivitas Manji selaku seorang feminis. Ia terus memburu keterangan soal ”kapan saja dengan cara yang kau sukai” sebagai kekuasaan tak terbatas pada laki-laki. Ia pun melancarkan pertanyaan berikutnya: paradigma mana yang diadvokasi Allah melalui Al-Quran—Adam dan Hawa setara atau perempuan harus dibajak kapan saja oleh suaminya? Banyak pertanyaan kritis dalam Beriman tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini. Dari buku ini memang terkesan Manji lebih fasih melontarkan pertanyaan ketimbang menyodorkan penjelasan.
Manji banyak bersandar pada ijtihad, tapi pembaca mungkin tak menemukan teori ijtihad yang mendalam pada buku ini. Dan ia membuka pintu ijtihad lebar-lebar kepada siapa saja yang berpikiran kritis, tanpa harus menjadi ulama. Ia mengesampingkan syarat-syarat berat untuk pelaku ijtihad. Yang penting, menurut Manji, si pelaku cukup peka akan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Novriantoni Kahar, Jaringan Islam Liberal
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo