Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosok

Jumiati Alim, Hakim Cantik Pengadilan Jeneponto

Kalau bicara soal perkara, saya minta di kantor, di pengadilan saja, katanya. Ia selalu teringat pesan ayahnya,

13 Januari 2018 | 06.27 WIB

Hakim Jumiati Alim. TEMPO/Iqbal Lubis
material-symbols:fullscreenPerbesar
Hakim Jumiati Alim. TEMPO/Iqbal Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Banyak pengunjung Pengadilan Negeri Jeneponto yang tak menyangka jika Jumiati Alim adalah hakim. Mereka, biasanya, baru ngeh  setelah melihatnya berada di ruang sidang. Di sana, berbeda saat ia datang ke kantor yang bak tamu pengadilan dan membuat banyak mata melirik, Mimi, demikian  perempuan kelahiran Palopo 18 Desember 1987 itu dipanggil, sudah bersalin rupa:  memakai jubah hakim.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jumiati bertugas di Pengadilan Jeneponto, Sulawesi Selatan,  sejak 2014 setelah dilantik menjadi hakim. Sebelumnya, sejak 2011 ia “magang hakim” di  Pengadilan Negeri Depok, Jawa Barat.  Di Jeneponto, perempuan yang disebut-sebut sebagai “hakim tercantik se-Sulawesi Selatan itu”  kos. “Rumah dinas terlalu besar untuk sendirian,” ujar perempuan yang ketika SMA  aktif  berolahraga taekwondo dan pernah ikut kontes model tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Mimi  terpikat hukum sejak duduk di bangku SMP. Minatnya menjadi hakim muncul ketika ia duduk di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar.   Lingkungan keluarganya memang dekat dengan bidang hukum. Ayahnya, Muhammad Alim,  pernah menjadi hakim Mahkamah Konstitusi periode 2008-2015.

Sebagai hakim Mimi  kerap didatangi orang-orang berperkara yang meminta bantuannya. Kadang mereka datang dengan iming-iming uang. Ada pula yang mendatangi kosnya. “Kalau bicara soal perkara, saya minta di kantor, di pengadilan  saja,” katanya.  Ia selalu teringat pesan ayahnya, “Nak, jika menjadi hakim lurus, maka mau bagaimana  pun orang guncang kiri-kanan, kamu tetap tenang..”

Kendati tegas di ruang sidang, kadang Mimi tak bisa menyembunyikan kesedihannya jika menangani perkara yang membuatnya miris.  Pernah ia memvonis  setahun penjara seorang kakek 90 tahun. Kepada Mimi, sebelumnya, kakek itu mohon  dibebaskan karena ia ingin berlebaran di rumah. “Di ruang sidang saya tegar, tapi saat di ruang kerja saya menangis,” ujarnya.

Sebagai hakim Mimi berada di kantornya dari pukul 08.00 hingga pukul 16. 30. Waktunya santainya di luar pengadilan adalah akhir pekan. Biasanya ia memilih pulang ke rumahnya di Makassar yang berjarak sekitar 90 kilometer dari Jenepontoh. Di sana ia jalan-jalan, nonton film, atau mampir ke salon langganannya.

 

 

 

 

 

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus