Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak pengunjung Pengadilan Negeri Jeneponto yang tak menyangka jika Jumiati Alim adalah hakim. Mereka, biasanya, baru ngeh setelah melihatnya berada di ruang sidang. Di sana, berbeda saat ia datang ke kantor yang bak tamu pengadilan dan membuat banyak mata melirik, Mimi, demikian perempuan kelahiran Palopo 18 Desember 1987 itu dipanggil, sudah bersalin rupa: memakai jubah hakim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumiati bertugas di Pengadilan Jeneponto, Sulawesi Selatan, sejak 2014 setelah dilantik menjadi hakim. Sebelumnya, sejak 2011 ia “magang hakim” di Pengadilan Negeri Depok, Jawa Barat. Di Jeneponto, perempuan yang disebut-sebut sebagai “hakim tercantik se-Sulawesi Selatan itu” kos. “Rumah dinas terlalu besar untuk sendirian,” ujar perempuan yang ketika SMA aktif berolahraga taekwondo dan pernah ikut kontes model tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mimi terpikat hukum sejak duduk di bangku SMP. Minatnya menjadi hakim muncul ketika ia duduk di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar. Lingkungan keluarganya memang dekat dengan bidang hukum. Ayahnya, Muhammad Alim, pernah menjadi hakim Mahkamah Konstitusi periode 2008-2015.
Sebagai hakim Mimi kerap didatangi orang-orang berperkara yang meminta bantuannya. Kadang mereka datang dengan iming-iming uang. Ada pula yang mendatangi kosnya. “Kalau bicara soal perkara, saya minta di kantor, di pengadilan saja,” katanya. Ia selalu teringat pesan ayahnya, “Nak, jika menjadi hakim lurus, maka mau bagaimana pun orang guncang kiri-kanan, kamu tetap tenang..”
Kendati tegas di ruang sidang, kadang Mimi tak bisa menyembunyikan kesedihannya jika menangani perkara yang membuatnya miris. Pernah ia memvonis setahun penjara seorang kakek 90 tahun. Kepada Mimi, sebelumnya, kakek itu mohon dibebaskan karena ia ingin berlebaran di rumah. “Di ruang sidang saya tegar, tapi saat di ruang kerja saya menangis,” ujarnya.
Sebagai hakim Mimi berada di kantornya dari pukul 08.00 hingga pukul 16. 30. Waktunya santainya di luar pengadilan adalah akhir pekan. Biasanya ia memilih pulang ke rumahnya di Makassar yang berjarak sekitar 90 kilometer dari Jenepontoh. Di sana ia jalan-jalan, nonton film, atau mampir ke salon langganannya.