Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Kaji Durga, Arkeolog Hariani Santiko Terima Penghargaan Borobudur Writers and Cultural Festival

Sang Hyang Kamahayanikan, penghargaan Borobudur Writers and Cultural Festival diberikan kepada tokoh untuk sumbangan dalam budaya Nusantara.

28 November 2022 | 17.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rohaniwan yang juga penasehat Borobudur Writers and Cultural Festival, Romo Mudji Sutrisno menyerahkan penghargaan Sang Hyang Kamayanikan kepada Utaryo Santiko, anak Hariani di rumah Hariani pada Ahad malam, 27 November 2022. BWCF memberikan penghargaan kepada Hariani, arkeolog UI karena mengkaji arca-arca durga di Jawa secara serius. Foto : dokumentasi BWCF

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Borobudur Writers and Cultural Festival tahun ini memberikan penghargaan kepada Hariani Santiko, arkeolog Universitas Indonesia yang mengkaji arca-arca durga di Jawa. Sang Hyang Kamahayanikan, penghargaan khas tahunan BWCF diberikan kepada tokoh untuk sumbangan besar dalam mengkaji budaya dan sejarah Nusantara. Sang Hyang Kamayanikan berisikan ajaran untuk mencapai batin dan pikiran menuju sang pemenang atau Jinna.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rohaniwan yang juga penasehat BWCF Romo Mudji Sutrisno menyerahkan penghargaan itu kepada Utaryo Santiko, anak Hariani di rumah Hariani di Jakarta, pada Ahad malam, 27 November 2022. Selain memberikan penghargaan dan trofi desain perupa Dolorosa Sinaga, Romo Mudji juga berpidato, menjelaskan alasan BWCF memilih Hariani sebagai penerima penghargaan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Disertasi Langka dan Ditulis dengan Standar Ilmiah Tinggi 

Hariani yang wafat setahun lalu merupakan pengajar Jurusan Arkeologi UI. Dia berfokus pada arkeologi klasik Hindu-Buddha. Kajian arkeologi Hariani sangat mendalam dan dia menguasai bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno. 

Disertasi Hariani yang penting ditulis pada 1987 berjudul Kedudukan Batari Durga di Jawa pada Abad X-XV Masehi. "Sangat langka dan ditulis dengan standar ilmiah yang tinggi," kata Romo Mudji. 

Disertasi itu penting karena menyajikan data dan analisa mengenai arca-arca durga di Jawa Tengah dan Jawa Timur di zaman kuno. Kultus terhadap durga menurut Hariani merupakan bagian dari kultus dewi ibu pada masyarakat agraris. 

Peninggalan arca Durga Mahisasuramardini atau durga pembunuh asura yang berwujud kerbau banyak jumlahnya di Jawa. Yang tertua diperkirakan berasal dari sekitar abad VIII Masehi  dan termuda dari zaman Majapahit sekitar XV Masehi.

Arca Durga Mahisasuramardini di Jawa berupa durga bertangan 8 dari Candi Singosari yang kini disimpan di Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden yang duplikatnya ada di Museum Nasional Jakarta. Durga digambarkan berwajah cantik, berdiri tenang dengan dua kaki di atas punggung kerbau. Di India, durga sering ditampilkan bersama kendaraannya berupa singa. 

Sumbangan Penting dalam Sejarah dan Budaya Nusantara Kuno

Berdiri di kediaman Hariani yang berlatar arca-arca koleksi Hariani, Romo Mudji juga membacakan sederetan penelitian Hariani yang sudah dan belum dibukukan. Romo Mudji menyebutkan penelitian Hariani yang memberikan sumbangan penting tentang sejarah dan budaya Nusantara kuno. "Mendesak untuk dibuat dalam bentuk antologi," ujar Romo Mudji. 

Tahun ini BWCF mengangkat tema Merayakan Pemikiran Hariani Santiko Durga di Jawa, Bali, dan India. Acara yang berlangsung pada 24 hingga 27 November secara daring itu menghadirkan sejumlah peneliti dari India, Italia, Jerman, Amerika, Inggris, dan Australia. 

Panitia festival mendatangkan Ni Wayang Pasek Ariati sebagai pembicara kunci. Dia merampungkan studi doktoralnya di Charles Darwin, Australia dengan disertasi tentang durga. Disertasi itu telah dibukukan dengan judul Journey of the Goddes Durga: India, Java, and Bali. 

Selain simposium, BWCF juga menampilkan film tari yang diberi nama Durga Dance Film Festival. Ada sembilan koreografer di antaranya dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura yang tampil.

SHINTA MAHARANI

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Shinta Maharani

Shinta Maharani

Kontributor Tempo di Yogyakarta

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus