Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LENSA panjang itu begitu jarang ia gunakan dalam tugas jurnalistiknya. Tapi, di Desa Ngaglik, ia gunakan lensa itu untuk menjepret awan panas pekat menghitamkan langit. Foto kedahsyatan letusan Merapi itu segera ia kirim ke majalah mingguan Jerman bergengsi, Stern, yang menugasinya.
Namun, beberapa jam setelah foto terkirim, ia dikabari bahwa halaman untuk meletusnya Merapi tergeser oleh sebuah isu besar di dataran Eropa. Meski kecewa, fotografer Kemal Jufri, 37 tahun, tetap bertahan tinggal beberapa hari di Yogyakarta.
Pilihannya tepat. Beberapa hari kemudian, gunung itu meletus dengan kekuatan besar. Meski masa penugasan Stern telah usai, ia bergentayangan di tempat-tempat evakuasi pengungsi yang penuh dengan wajah kepanikan. Ia masuk ke rumah sakit yang penuh pewarta. Tapi ia sadar di tempat itu ia akan memperoleh gambar-gambar membosankan.
Di Yogyakarta yang sepi, di jalan-jalan berselimut debu, ia lalu mengambil gambar hilir-mudik mobil ambulans. Pukul 5 pagi, Kemal kemudian sudah sampai di Cangkringan. Tertahan oleh rasa takut banyak orang, otaknya berputar. Ia melihat truk militer yang ulang-alik membawa pengungsi.
Mantan fotografer AFP ini melompat ke dalam truk tentara, yang kembali melesat menembus bencana, hingga masuk ke desa mati Argomulyo yang senyap. Setelah itu, instingnya bergerak. Ia berlari tatkala angin berembus berputar membawa wedhus gembel yang mematikan. Kemal merekam orang-orang yang dengan gagah berani berlari mengusung jenazah dalam kantong kematian.
Foto Kemal mengenai letusan Gunung Merapi muncul pertama kali di New York Times. Koran besar itu memberikan penugasan kepadanya untuk menjepret tragedi Merapi dalam waktu sehari. Dan sungguh tidak percuma. Selain di World Press Photo, foto karyanya tentang korban-korban dan kehidupan warga desa di pengungsian di sekitar lereng Merapi menjadi foto terbaik ketiga di Pictures of the Year International 2011.
Bismo Agung
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo