Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Menikmati Seni dari Rumah

Komunitas Salihara meluncurkan program Stay A(r)t Home untuk menyajikan acara seni secara online. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggandeng seniman untuk mengadakan pentas dan kelas online.

4 April 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pentas teater bertajuk Penagih Utang dan Barabar,yang ditayangkana kanal Komunitas Salihara dalam rangka Stay A(r)T Home 2020./Tempo/Jati Mahatmaji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sejumlah inisiatif seni diluncurkan untuk memfasilitasi seniman tetap berkarya di tengah wabah.

  • Kemdikbud menggandeng seniman untuk mengadakan kelas daring.

  • Komunitas Salihara memberi insentif untuk penayangan ulang karya-karya seniman.

DI studionya di Solo, Jawa Tengah, yang berhias pintu kayu berukir dan wayang seukuran manusia, Eko Supriyanto berbicara sendiri di depan kamera. Mula-mula ia menyampaikan dalam gaya guru yang mengajar di kelas pandangan-pandangan seputar tari, koreografi, dan tubuh dari orang-orang yang mempengaruhi Eko dalam berkarya, seperti Djarot B. Darsono dan Hartati. Tangkapan kamera itu disiarkan dan dapat diakses secara langsung oleh mereka yang membuka saluran YouTube Budayasaya yang diinisiasi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Banyak pemirsanya adalah siswa yang tampaknya diberi tugas menonton master class Eko ini. Mereka menulis nama dan asal kelas di kolom komentar untuk mengisi presensi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 Selama satu jam siaran langsung, Eko juga bercerita tentang karya tari yang dibuatnya dan proses di baliknya, seperti seri Jailolo. Potongan video pertunjukan pun disertakan. Terakhir, Eko mengundang salah satu muridnya untuk mencontohkan gerakan-gerakan dasar tarian Cry Jailolo. Sesekali gangguan sinyal membuat siaran langsung itu tersendat. “Saya juga tidak bisa membaca langsung komentar dari penonton. Selanjutnya, saya ingin bisa melihat komentar dan menanggapi langsung,” kata Eko saat dihubungi Tempo tentang program kelas online-nya itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eko berencana menggelar siaran langsung enam kali dalam dua pekan mulai Senin, 30 Maret lalu. Setelah Cry Jailolo, Eko berniat berbagi pula tentang tarian Bala-bala dan Ibu-ibu Belu, yang merupakan karya terbarunya. “Kemdikbud mempersilakan saya mengisi kelas ini sesuai dengan kreasi saya. Rencananya, saya ingin lebih banyak berbagi tentang pengalaman personal,” ujarnya. 

Kelas daring Eko adalah salah satu rangkaian program #bahagiadirumah dari Ditjen Kebudayaan untuk mengisi masa berdiam di rumah di tengah situasi wabah Covid-19. Selain kelas tari dari Eko, ada pertunjukan musik oleh Riau Rhythm Chambers Indonesia, band musik Melayu dari Pekanbaru, dan Doddy Bagus N Friends dari studio Roempoen, Yogyakarta. Pegiat komunitas Ayo Dongeng Indonesia, Ariyo Zidni alias Kak Aio, turut mengisi salah satu sesi siaran langsung dengan mendongeng.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid merencanakan program ini berlanjut dan dikembangkan menjadi kelas pelajaran online tentang kesenian, dari seni tari, seni visual, hingga produksi film. Selain menyiarkan tayangan kelas para seniman di kanal Budayasaya, Kemdikbud membantu proses produksi. “Ini dukungan terhadap pekerja seni agar terus berkarya di masa yang sulit,” ucap Hilmar.

Dukungan terhadap seniman juga menjadi alasan Komunitas Salihara meluncurkan program Stay A(r)t Home di akun media sosial mereka. Pada 30 Maret-5 April 2020, komunitas seni di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ini, mengunggah beberapa arsip video pertunjukan dan program lain yang mereka produksi atau berlangsung di Salihara pada akun Instagram atau YouTube mereka. Video-video itu dapat ditonton secara gratis dalam jangka waktu tertentu. 

Video pertama yang diunggah adalah dua pentas teater Penagih Utang dan Barabah yang disutradarai Iswadi Pratama dan dimainkan murid kelas akting Salihara pada 2016. Selanjutnya, ada pertunjukan tari dokumenter oleh Anis Harliani berjudul Holy Body yang pernah ditampilkan dalam festival Helatari pada 22-23 Juni 2019. Salihara juga mengunggah sejumlah arsip acara diskusi dengan pembicara seperti para penulis peserta program Literature and Idea Festival 2019, AbdouMaliq Simone, Goenawan Mohamad, kolektor lukisan Syakieb Sungkar, dan Maya Sujatmiko.

Masterclas Koreografi Tari oleh Eko Supriyanto di kanal Youtue Budayasaya./Youtube

Program Stay A(R)t Home ini menjadi jawaban awal dari Komunitas Salihara dalam upaya mencari jalan keluar dari mandeknya macam-macam pertunjukan seni akibat wabah Covid-19. “Kami ingin membantu kehidupan seniman yang banyak pertunjukannya harus dibatalkan,” tutur Manajer Program Salihara Ening Nurjanah saat dihubungi Tempo.

Salihara telah mengumumkan penutupan sementara fasilitasnya untuk antisipasi penyebaran virus corona pada 15 Maret lalu hingga 31 Mei mendatang. Sejumlah pertunjukan harus dibatalkan dan uang pembelian tiketnya dikembalikan kepada pembeli, seperti teater Yui Shosetsu - Rebel Samurai oleh kelompok Ryuzanji Company dari Jepang yang semestinya tampil pada awal Maret lalu. Program kelas rutin, seperti kelas akting dan tari yang telah setengah jalan, juga harus dihentikan. Bahkan Salihara membatalkan salah satu agenda besar rutin mereka, yaitu Salihara International Performing-arts Festival atau SIPFest yang rencananya berlangsung Agustus mendatang. “Karena kami tidak tahu bagaimana situasi ke depan dan kapan wabah ini akan berakhir,” kata Ening. 

Saat menggodok program Stay A(R)t Home, Ening mempertimbangkan para seniman yang banyak mengalami kesulitan karena kehilangan kesempatan berkarya dan tampil di depan umum. Karena itu, untuk setiap pertunjukan yang diunggah ke kanal YouTube mereka, Salihara memberikan screening fee kepada para penampil, meski hak penayangan sebenarnya telah berada di tangan Salihara. “Tadinya kami mau di setiap video ada fitur klik untuk berdonasi agar penonton dapat langsung memberikan donasi kepada seniman yang tampil, tapi masih perlu digodok caranya,” ucap Ening.

Untuk program ini, Salihara membongkar koleksi dokumentasi mereka dan mengkurasi pentas yang layak diunggah berdasarkan kualitas video, kebaruan, dan format pertunjukan yang dirasa sesuai dengan penonton umum. “Karena pengalaman menonton live dan lewat layar berbeda, kami harus memilih yang menarik untuk ditonton secara online,” ujar Ening. 

Jika melihat beberapa video yang diunggah belakangan, memang pertunjukan yang dipilih untuk ditayangkan adalah yang beralur cerita linear dan mudah dimengerti. Penagih Utang dan Barabah, misalnya, adalah teater kata-kata yang diselipi banyak unsur humor. Penagih Utang, yang diadaptasi dari naskah Anton Chekov, bercerita tentang seorang janda yang didatangi penagih utang setelah suaminya meninggal. Sita Nursanti berperan sebagai Nyonya Aryo, tokoh utama. Adapun Barabah adalah drama satu babak tentang seorang laki-laki yang menikahi 12 perempuan sebelum bertemu dengan istri terakhirnya, Barabah atau Ibah. Naskah teater ini ditulis oleh Motinggo Busye. 

Begitu juga pertunjukan tari Anis Harliani. Berjudul Holy Body, Anis berbicara tentang tubuh perempuan, terutama dalam dunia tari. Tampil seorang diri di panggung, Anis bergantian menyampaikan monolog tentang pengalamannya sebagai penari dengan bentuk tubuh tertentu dan menampilkan gerakan-gerakan yang mengilustrasikan pengalamannya. Saat bercerita tentang diet ketat yang harus dilakukannya untuk memangkas 20 kilogram berat badan, Anis menampilkan gerak senam dan latihan kardio. Saat Anis mengingat kembali pengalamannya bekerja sebagai penari di sebuah klub yang lekat dengan prasangka negatif, panggung berubah menjadi lantai dansa yang berkerlap-kerlip.

Selama wabah Covid-19 berlangsung, Salihara berencana terus menghadirkan pertunjukan lewat kanal-kanal digital. Selain menggunakan dokumentasi pertunjukan yang telah lalu, Ening mengatakan, Salihara akan mencari seniman yang berniat membuat pertunjukan baru dalam format online dan memberi mereka insentif. “Tak tertutup kemungkinan juga kami akan tetap menggelar SIPFest, tapi berupa festival online,” ucap Ening. 

MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Moyang Kasih Dewi Merdeka

Moyang Kasih Dewi Merdeka

Bergabung dengan Tempo pada 2014, ia mulai berfokus menulis ulasan seni dan sinema setahun kemudian. Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara ini pernah belajar tentang demokrasi dan pluralisme agama di Temple University, Philadelphia, pada 2013. Menerima beasiswa Chevening 2018 untuk belajar program master Social History of Art di University of Leeds, Inggris. Aktif di komunitas Indonesian Data Journalism Network.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus