Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Konplik psikologis sang putri ...

Pemain : cher, bob hoskins, winona ryder sutradara : richard benyamin skenario : june roberts produksi : orion pictures corporation resensi oleh : leila s. chudori.

14 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MERMAIDS Sutradara: Richard Benyamin Skenario: June Roberts Pemain: Cher, Bob Hoskins,Winona Ryderic Produksi: Orion Pictures Corporation NYONYA Flax bukan seorang ibu yang biasa. Ia sendirian menghidupi kedua putrinya. Ia cantik dan ia seksi. Yang membuat ia nyentrik karena ia gemar pindah-pindah kota ("Kami sudah pindah rumah di berbagai kota sebanyak 18 kali," gerutu Charlotte, putrinya) sama seringnya seperti ia gemar berganti baju dan berganti kekasih. Nyonya Flax (yang diperankan dengan baik oleh Cher) bukan seorang yang romantis, frustrasi, ataupun pahit terhadap kesendiriannya. Ia justru seorang wanita yang tahu kelebihan dirinya dan menolak untuk "terjerumus" ke dalam kehidupan rumah tangga yang stabil dan tenteram. Drama keluarga ini menjadi sebuah komedi yang segar, menarik, sekaligus mendalam karena penuh konflik psikologis. Charlotte (Winona Ryder), putri Nyonya Flax dari perkawinannya yang pertama, sedang menginjak masa pubertas. Ia bukan saja sibuk mencari-cari identitas, mencari figur seorang bapak (ia hanya ingat warna sepatu bapaknya, karena orangtuanya bercerai ditinggal ketika ia lahir), dan mencari arti seks, tapi Charlotte juga punya problem menghadapi keliaran ibunya. Seperti ingin memberontak atas tingkah laku ibunya, Charlotte rajin berdoa, rajin membaca buku sejarah orang-orang suci, dan bercita-cita menjadi seorang biarawati. Karena sang ibu sibuk dengan diri sendiri, dengan kekasihnya, dan prinsip kebebasannya, Charlotte hanya bisa meraba-raba dalam gelap. Bahkan ketika Charlotte pertama kali berciuman dengan lelaki pujaannya, Joe (Michael Schoeffling), ia menyangka ciuman itu bisa membuat dirinya hamil. "Ibumu tak pernah menjelaskan soal seks?" tanya dokter kandungan heran ketika Charlotte diam-diam minta diperiksa. Di sinilah kelebihan Richard Benyamin dalam mengaduk hubungan kompleks ibu-anak dengan komedi yang segar dan tidak murahan. Benyamin sudah terkenal dengan keahliannya dalam membuat film-film komedipsikologi, seperti My Favourite Year dan My Step Mother is an Alien. Di dalam film-filmnya, ia selalu mampu menyajikan persoalanpersoalan psikologi manusia dengan cara menertawakan diri sendiri. Film-film Benyamin tak pernah menampilkan peristiwa-peristiwa komikal tapi lebih menonjolkan karakterisasi tokoh-tokoh sebagai manusia-manusia yang penuh konflik batin. Peter O'Toole dalam My Favourite Year berperan sebagai aktor besar populer yang kesepian dan ia menertawakan kesepiannya sebagai hiburan pribadi. Nyony Flax sebenarnya adalah wanita yang kesepian meski kekasihnya gonta-ganti dan ia menutupi kesepiannya dengan petualangannya di berbagai kota dan berbagai lelaki. Film-film Benyamin juga sering menampilkan ekspresi anak-anak Amerika yang merindukan kehidupan keluarga yang stabil. My Step Mother is an Alien adalah ekspresi kerinduan seorang anak kepada kehadiran seorang ibu dalam keluarga. Sebaliknya, Mermaids adalah kerinduan Charlotte dan Kate akan kehadiran figur bapak. Adegan kematian Presiden Kennedy yang menggegerkan seluruh Amerika, yang membuat Charlotte frustrasi, menunjukkan keinginan Charlotte untuk memiliki seorang ayah. Kennedy untuknya adalah bapak negara dan bapak bagi dirinya, karena itu ia meletakkan lukisan Kennedy di kamarnya. "Aku adalah seekor putri duyung," katanya suatu malam di dalam kostum putri duyung yang dikenakannya untuk sebuah pesta tahun baru. Nyonya Flax memang "seekor ikan duyung" karena ia hidup di dua alam. Ia seorang yang realistis dan berani berterus terang tentang dirinya. Kedua putrinya lahir dari dua lelaki yang berbeda dan gilanya, "Saya bahkan lupa nama ayah Kate, putri bungsu saya," katanya cekikikan menceritakan masa lalunya kepada pacar terbarunya, Lou Landsky (Bob Hoskin). Adalah Lou Landsky yang lantas memperkenalkan Nyonya Flax pada kehidupan keluarga yang "normal", stabil, dan menyenangkan. Lou Landsky mencoba mengajarkan nikmatnya makan malam bersama (Nyonya Flax biasa menyediakan makanan jajanan sebagai makan malam), bermain bersama anak-anak, dan berjalan keliling kota bersama. Charlotte dan Kate menyukai kehidupan baru ini sedangkan Nyonya Flax justru ketakutan dengan gaya hidup mapan yang akan mengikat kebebasannya. Film lantas diakhiri dengan pertengkaran hebat antara Nyonya Flax dan Charlotte. Charlotte ketahuan bermain cinta dengan kekasihnya di atas menara lonceng dan melupakan adiknya yang bermain di sungai dan hampir tenggelam. Mereka berdamai dan Charlotte lahir sebagai gadis remaja "biasa" yang menikmati kehidupan remajanya. Ia, yang sejak semula menjadi narator film ini, menjadi gadis terpopuler di sekolahnya dan melupakan cita-citanya sebagai biarawati. Sedangkan ibunya tetap berperan sebagai "putri duyung" yang gemar berpindah-pindah kota. Ada satu lagi kelebihan film ini, yaitu musiknya yang dikerjakan Jack Nitzsche. Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus