Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Mafioso sipit di rumah paman sam

Sutradara: michael cimino skenario: michael cimino dan oliver stone pemain: mickey rourke, john lone, ariane resensi oleh: isma sawitri.

18 Januari 1986 | 00.00 WIB

Mafioso sipit di rumah paman sam
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
YEAR OF THE DRAGON Pemain: Mickey Rourke, John Lone, Ariane Skenario: Michael cimino dan Oliver Stone Sutradara: Michael Cimino BERGERAK di antara gedung-gedung tinggi, barongsai itu tidak kelihatan kecil. Ia bahkan tampak dominan, memenuhi layar. Manakala kepala barongsai dimainkan turun naik dan iringan jenazah beringsut perlahan di belakangnya, satu penembakan kejam terjadi tiba-tiba,di balik kaca jendela bisa terlihat betapa korban ditembak tepat di tengah jidatnya. Dengan "gong pembuka" seperti itu, Sutradara Michael Cimino (The Deer Hunter) sudah sejak awal berhasil menjerat penonton. Ia merentang suasana riuh-rendah yang terus-menerus tegang dan berlumuran darah. Karena peristiwa mengambil tempat di perkampungan masyarakat Cina di New York, maka suasana itu sesekali terasa misterius. Padahal, sutradara mencoba menyingkap apa saja yang tersembunyi di balik lingkungan minoritas Cina yang tertutup itu. Ada perjudian, rumah makan bercat merah, sindikat kejahatan, segelintir tauke yang merangkap jadi bandit. Tapi, juga ada sejumlah pemuda Cina dengan kemeja mengkilat dan rambut dipotong gaya punk. Stanley White, kapten polisi yang tersohor menggondol banyak medali penghargaan itu, diterjunkan ke Chinatown (Pecinan) justru pada saat pemuda-pemuda tersebut mulai beraksi. Mereka bekerja untuk Go Joey Tai, tauke muda yang berambisi besar. Khususnya dalam perdagangan obat bius. ia memutuskan kerja sama dengan mafia Italia, agar bisa berurusan langsung dengan para pengecer Negro dan orang Puerto Rico. Selanjutnya, Joey Tai dengan licin berhasil menyingkirkan saingannya, hingga ia memonopoli pembelian heroin, langsung di sumbernya, sebuah pelosok di Asia Tenggara. Berbeda dengan para pendahulunya, Kapten White tidak mau bekerja sama dengan tauke Cina. Tanpa takut, White menerjang ke pusat dunia hitam itu, melabrak para penguasanya dan memancing kemarahan Joey Tai, yang siap-siap mengambil alih kekuasaan. Akibatnya mengerikan. Istri White dibunuh, reporter tv Tracy Tzu diperkosa beramai-ramai (karena bersedia dipacari White), dan seorang polisi dibantai secara kejam. Aturan main yang berlaku dalam sebuah organisasi rahasia, apalagi yang terlibat perdagangan obat bius, memang jahanam. Kapten White menyadari kenyataan tersebut Karena itu, ia melancarkan "perang suci" Dan ia menggebrak dengan penuh rasa benci, terutama karena "selama ratusan tahun orang Cina cuma mau berurusan dengan geng mereka, dan tidak peduli pada polisi." Karena itu, ia terpanggil untuk menciptakan tertib hukum di masyarakat Cina, walaupun nyawa taruhannya. Ia pun dituduh sinting, tapi White tidak peduli. Kapten polisi itu akhirnya mengobrak-abrik Pecinan. Di satu lokasi tersembunyi dua biarawati membantu White menyadap informasi. Dari kurirnya yang sekarat diketahui bahwa ada kapal yang membawa kiriman obat bius untuk mafia Cina. Dalam usaha mengamankan heroin itu, pada akhirnya pahlawan polisi yang berkulit putih ini berhadap-hadapan dengan Joey Tai. Harus diakui, film ini mengasyikkan, tapi skenarionya lemah. Tiga tokoh utama, White, Joey Tai, dan Tracy Tzu, adalah pribadi-pribadi yang meragukan. White ditonjolkan sebagai polisi New York paling hebat, tapi tidak secuil pun tersaji informasi yang bisa menunjang kehebatan itu. Yang terlihat cuma bakatnya berpidato, kejantanannya bermain asmara, dan kegigihannya memburuk-burukkan mentalitas Cina. Di pihak lain, Joey Tai ditampilkan sebagai pria necis, berbicara lemah lembut, bagaikan bangsawan luhur dalam dongeng-dongeng Cina. Tapi ia juga yang menyuruh bunuh anak buah yang sudah berjasa untuknya. Dan adalah Joey pula yang dengan air muka tak berubah menyajikan kepala terpancung di sebuah pinggan. Joey digambarkan mirip iblis. Tapi bagaimana ia sampai begitu, penonton tak perlu tahu. Dan Tracy Tzu ? Ia mewakili perantauan Cina yang terputus hubungan dengan kebudayaan dan masyarakat leluhurnya. Ia ditampilkan sebagai wanita agresif, tangguh, dan serba duniawi. Matanya sipit, tapi ia bukan lagi anggota masyarakat Pecinan. Ia bisa saja dipaksa melayani White, dan di saat-saat tertentu bahkan bisa menghayati "perjuangan suci sang polisi menentang keiahatan mafia Cina." Andai kata film ini hanya menyodorkan fantasi, maka kegagalan skenario tentulah termaafkan. Karena Cimino menampilkannya sebagai kisah nyata, lengkap dengan ajaran moral dan sebagainya, maka kebenaran kisahnya dipertanyakan orang. Tak heran jika masyarakat Cina di New York melancarkan demonstrasi dan menuntut agar Year of the Dragon dicabut dari peredaran. Pengarang Daley, yang bukunya mendasari karya Cimino ini, juga mengecam keras. Sebuah kolom yang ditulis Wing Te Lum di majalah Far Eastern Economic Revieq menuduhnya menyuarakan rasialisme kulit putih. Tapi rasialisme yang bergelimang kekerasan ini, ternyata, disukai orang. Dalam minggu pertama saja, sudah mengumpulkan empat juta dolar. Isma Sawitri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus