Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Film

Mengenal Jurusan Folklor seperti di Drama Korea Revenant, Mata Kuliah Unik

Kenali lebih dekat tentang jurusan Folklor seperti di drakor Revenant. Jurusan unik yang mengenal warisan budaya.

27 Juli 2023 | 21.58 WIB

Poster drakor Revenant. Foto: Asianwiki.com.
Perbesar
Poster drakor Revenant. Foto: Asianwiki.com.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Drama Korea terbaru berjudul Revenant telah tayang sejak 23 Juni 2023 di Disney+ Hotstar dan SBS pada pukul 22 KST atau 20.00 WIB. Drama bergenre thriller, horor, dan supranatural ini memiliki 12 episode yang diperankan Kim Tae Ri sebagai Goo San Young yakni sosok pekerja paruh waktu di siang hari dan mahasiswa jurusan folklor yang tengah mengikuti ujian pegawai negeri (PNS).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Berkat Kim Tae Ri, jurusan folklor mulai diperbincangkan publik karena tidak seperti drama biasanya yang selalu memperlihatkan kisah mahasiswa jurusan kedokteran, hukum, ekonomi, dan komunikasi. Mari ketahui jurusan folklor seperti drama Korea Revenant berikut ini.

Apa Itu Jurusan Folklor?

Memilih jurusan bagaikan jalan utama untuk mendapatkan masa depan yang mapan, apalagi jurusan-jurusan populer selalu menjadi rebutan karena dinilai memiliki potensi menjanjikan di masa depan seperti dokter, hukum, teknik, dan komunikasi. Ternyata masih ada jurusan antimainstream yang wajib diketahui seperti jurusan folklor dan bisa dijadikan sebagai pertimbangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Folklor adalah jurusan kebudayaan yang diwariskan secara lisan dan turun temurun. Folklor berasal dari dua kata yakni folk dan lore dalam Bahasa Inggris. Folk berarti sekelompok orang dengan ciri fisik, sosial, dan dan kebudayaan. Sementara lore berarti tradisi secara turun temurun yang diwariskan ke dua generasi berikutnya.

Kampus Pemilik Jurusan Folklor

Kampus yang telah memiliki jurusan folklor hanya ada di Harvard University dengan nama program studi Folklore dan Mythology. Jurusan tersebut mempelajari dongeng yang dikaji secara serius dan mendalam. Sementara di Indonesia, masih belum ada jurusan folklor tapi sudah ada mata kuliah Folklor dan Penceritaan di ISI Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Folklor akan membuat mahasiswa memahami fenomena yang terjadi di masyarakat, kemudian menyerapnya sebagai pencipta cerita baru. Mata kuliah Folklor dan Penceritaan berfokus pada pengetahuan, penceritaan, hingga membuat struktur dramatik penceritaan untuk mempelajari fenomena lisan dan non lisan sebagai ide pembuatan cerita.

Ciri-ciri Folklor

Folklor dan kebudayaan pastinya berbeda, untuk itu mari ketahui ciri-ciri folklor yang dikutip dari buku Ajar Mata Kuliah Folklor oleh Lira Hayu Afdetis Mana berikut ini.

  • Penyebaran dan pewarisan folklor cenderung dilakukan secara lisan, yaitu disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut.
  • Folklor bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.
  • Folklor ada dalam versi-versi yang berbeda. Hal ini terjadi karena penyebarannya dilakukan dari mulut ke mulut sehingga terjadi proses lupa diri manusia atau proses interpolasi.
  • Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.
  • Folklor biasanya memiliki bentuk berumus atau berpola.
  • Folklor berfungsi sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
  • Folklor bersifat pralogis, yaitu memiliki logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.
  • Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu.
  • Folklor pada dasarnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali terlihat kasar dan terlalu spontan.

Jenis Folklor

Jan Harold Brunvand selaku ahli folklor Amerika Serikat, memaparkan folklor dalam tiga jenis yakni folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan di bawah ini.

1. Folklor Lisan (Fakta Mental atau Mentifact)

  • Bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis.
  • Ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran.
  • Pertanyaan tradisional yang dikenal sebagai teka-teki.
  • Sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair.
  • Cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatera Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana serta Layonsari dari Bali.
  • Nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi.

2. Folklor Sebagian Lisan (Fakta Sosial atau Sosiofact)

  • Kepercayaan dan takhayul.
  • Permainan dan hiburan rakyat setempat.
  • Teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk.
  • Tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng.
  • Adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan.
  • Upacara tradisional seperti tingkeban, turun tanah, dan temu manten.
  • Pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat.

3.Folklor Bukan Lisan (Artefak)

  • Arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua.
  • Seni kerajinan tangan tradisional.
  • Pakaian tradisional.
  • Obat-obatan rakyat.
  • Alat-alat musik tradisional.
  • Peralatan dan senjata yang khas tradisional.
  • Makanan dan minuman khas daerah.

NUR QOMARIYAH

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus