Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.

11 Desember 2023 | 18.00 WIB

Mengenang Musikus Bengal: Harry Roesli
Perbesar
Mengenang Musikus Bengal: Harry Roesli

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Harry, yang akrab dipanggil Harry Roesli, bernama lengkap Djauhar Zahrsyah Fachrudin Roesli. Dia lahir pada 10 Desember 1951 di Bandung.

Dikutip dari Koran Tempo, 12 Desember 2014, dia merupakan sosok seniman yang memiliki kepedulian sosial dan sering mengkritik perilaku politikus. Dengan karya-karya musiknya yang kerap bernuansa satire dan getir, Harry seperti ingin menjewer siapa saja yang dianggap menyimpang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Semula Harry bercita-cita menjadi insinyur. Sempat mengecap pendidikan jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung selama empat semester. Tapi tiba-tiba keinginan Harry berubah dan berganti ke jalur musik. Ketiga orang kakak dan ibunya mendukung langkah Harry. Hanya ayahnya yang sempat mencap jelek profesi pemusik yang identik dengan mabuk-mabukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Namun sang ayah akhirnya pun setuju asal musiknya tidak dikomersialkan. Inilah yang menjadi warna musim Harry di kemudian hari. "Musik saya tak laku dijual karena merupakan eksperimen, analisa, dan konsentrasi," kata Harry suatu ketika.

Kemudian Harry belajar musik di Rotterdam Conservatorium yang diselenggarakan pada 1981. Dia juga aktif di Departemen Musik Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Rumahnya pun dijadikan markas Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB), dengan kegiatan musik perkusi, band, rekaman musik, dan kegiatan lainnya.

Bagi penggemar musik, apa yang disuguhkan Harry memang sesuatu yang aneh. Peralatan yang dipakai pun terbilang ganjil. Sebut saja drum, gitar, gong, botol, kaleng rombeng, pecahan beling, dan kliningan kecil.

Nama Harry sendiri mulai dibicarakan saat awal 1970-an, bersama Albert Warnerin, Indra Rivai, dan Iwan A. Rachman, membentuk Gang of Harry Roesli. Tetapi kelompok musik ini bubar pada 1975, karena para pemainnya berkeluarga.

Selain membuat band, Harry juga mendirikan kelompok teater yang diberi nama Ken Arok pada 1973. Grup ini mementaskan Opera Ken Arok pada Agustus 1975 di TIM, Jakarta. Dua tahun kemudian kelompok itu bubar lantaran Harry belajar ke negeri Belanda.

Kendati dia mendapat beasiswa dari Ministerie Cultuur, Recreatie en Maatschapelijk Werk (CRM) ketika belajar di Belanda, kebutuhan sehari-harinya tidak terpenuhi. Cucu Marah Roesli, pengarang roman Siti Nurbaya ini, kemudian bermain piano di restoran-restoran Indonesia atau main band dengan anak-anak keturunan Ambon di sana.

Saat pulang liburan, ia menikah dengan Kania Perdani Handiman. Nia pun sempat diboyong ke Belanda. Dari pernikahan tersebut, kedua pasangan Harry dan Nia mendapat anak lelaki kembar, yakni Patria Khrisna Parama dan Layana Khrisna Parama pada 1982. Keduanya kuliah di Universitas Parahyangan Bandung.

Karier Harry Roesli

- Pemain musik dan pencipta lagu

- Membentuk grup musik "Gang of Harry Roesli" yang terdiri dari Albert Warnerin, Indra Rivai, dan Iwan A. Rachman (1971 sampai 1975)

- Membentuk grup teater Ken Arok (1973 hingga 1977)

- Dosen Jurusan Musik IKIP, Bandung

- Pimpinan Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB)

- Musik ciptaannya, termasuk Rumah Sakit, Parenthese, Sakit Gigi, A.I.R Opera Ikan Asin, dan Opera Kecoa

Menurut IMDb, Harry Roesli dikenal sebagai komposer dalam film Suamiku Sayang (1990), Si Kabayan Mencari Jodoh (1994), dan Suci Sang Primadona (1977).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus