Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Kelompok Bandoengmooi menggelar pertunjukan seni longser pada Jumat malam, 1 September 2023 di Cimahi. Teater tradisional yang dibalut unsur humor itu berjudul Pahlawan Kesiangan (Kabeurangan).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pementasannya oleh pelajar SMKN 10 Bandung yang melakukan residensi di sini,” kata pimpinan Bandoengmooi Hermana HMT, Jumat 1 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak 10 pelajar itu belajar seni longser selama tiga bulan hingga 17 Oktober 2023. Pertunjukan menjadi bagian dari pembelajaran sekaligus evaluasi bagi peserta. Bandoengmooi juga melibatkan generasi muda untuk mengemas pertunjukan seni longser yang dikaitkan dengan peringatan Hari Kemerdekaan itu.
Upaya Melestarikan Longser
Upaya tersebut menurut Hermana untuk mewariskan sekaligus melanjutkan seni longser. “Karena minat anak muda untuk menjadi pelaku seni longser semakin berkurang,” ujarnya. Terutama di wilayah Bandung Raya yang menjadi tempat kemunculan dan berkembangnya seni longser.
Sepeninggal Ateng Japar bersama grup Longser Pancawarna, kata Hermana, seni longser mengalami kebangkitan. Kelompok longser bermunculan dan tampil di panggung lingkungan warga serta perguruan tinggi pada era 1990-2010. Namun kemudian grup longser berguguran.
Longser sebagai Warisan Budaya Jawa Barat
Sementara longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat yang ditetapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, danTeknologi pada 2022. “Kami merancang metode pewarisan longser secara sistematis agar berkesinambungan,” ujarnya.
Longser di Bandung mulai muncul sekitar 1915. Tokoh terkenal dari kelompok sandiwara rakyat itu seperti Bang Tilil dan Ateng Japar. Mereka berdua menurut Hermana, sempat tergabung dalam sebuah grup namun kemudian berpisah pada 1939. Mereka terus menghidupkan seni longser di masyarakat dengan pembagian wilayah. Kelompok longser Bang Tilil di bagian selatan Bandung sementara Ateng Japar dengan kelompok Pancawarna miliknya di tengah Bandung.
Meskipun terpisah wilayah, dua kelompok itu saling membantu misalnya dengan meminjamkan pemain. Sementara itu jumlah grup longser di Bandung pada kurun 1940-1943 sempat berjumlah 52 kelompok. Setelah kedatangan tentara Jepang hingga 1950-an, kelompok longser sulit bermain akibat situasi politik dan ekonomi. Kelompok longser Pancawarna misalnya baru kembali tampil pada 1970 hingga 1980-an.
ANWAR SISWADI