Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Opera Batak Sisingamangaraja, Gonjang-ganjing Seusai Raja Mangkat

Pertunjukan Opera Batak Sisingamangaraja XII episode Ugamo Malim Horja Balon Na Parpudi menceritakan situasi pasca-tewasnya sang Raja.

22 September 2019 | 13.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Poster Opera Batak Sisingamangaraja XII episode Ugamo Malim Horja Balon Na Parpudi. Dok. PLOt

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Opera Batak tampil di dunia internasional. Yang menghadirkannya adalah Jurusan Seni Teater ISI Padangpanjang, Sumatera Barat, bersama Pusat Latihan Opera Batak atau PLOt Siantar. Sebanyak 20-an pemain akan mementaskan cerita pasca-meninggalnya Sisingamangaraja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karya Ketua Jurusan Teater ISI Padangpanjang, Sulaiman Juned dan Direktur PLoT, Thomson H.S. ini bertajuk Opera Batak Sisingamangaraja XII episode Ugamo Malim Horja Balon Na Parpudi. Pertunjukan opera Batak itu akan berlangsung di Gedung National Theatre Hanoi, Vietnam, pada 28 September 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum pentas di Vietnam, Opera Batak pernah tampil di Kuala Lumpur dan Pahang, Malaysia. "Di Malaysia itu pentas pertama Sisingamangaraja XII, Tongtang I Tano Batak. Sedangkan cerita Ugamo Malim, Horja Bolon Naparpudi menggambarkan situasi pasca tewasnya Sisingamangaraja XII," kata Sulaiman Juned dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Jumat 20 September 2019.

Pertunjukan ini menceritakan situasi tewasnya sang Raja. Kabar kematiannya telah menyebar dan anggota keluarganya telah ditawan di Sidikalang. Kabar itu sampai ke telinga Raja Sabidan, anak Sisingamangaraja XII yang lolos dari penembakan berdarah.

Bersama ibunya Boru Sagala, Sunting Mariam mengingat masa-masa lalu, termasuk permintaan Sisingamangaraja XII untuk melakukan ritual terakhir bersama keluarga dan semua pasukan. Suapan terakhir dengan lauk ayam masih sempat dilakukan Sunting Mariam kepada ayahanda sebagai tanda perpisahan.

Berita tewasnya sang raja juga sampai kepada para pengikutnya. Namun mereka tak mempercayai kabar itu karena menganggap pemimpin mereka mempunyai kesaktian. Mereka kemudian tercerai-berai. Ada yang mau menerima keadaan, ada pula yang percaya pemimpin mereka belum meninggal dan tengah menyamar.

Mereka kemudian melakukan upacara yang diamanahkan Sisingamangaraja XII melalui Raja Mulia agar Ugamo Malim dipraktikkan sampai diterima kembali. Kesenduan musik upacara berbunyi kembali melalui irama gondang. Menyatukan kesatuan langit dan bumi dalam kesucian.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus