Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Galeri Ruang Dini di Bandung menghelat pameran karya tiga orang seniman perempuan dengan tajuk Tresholds of Becoming: Relics, Roots, & Reverie. Pameran yang berlangsung sejak 15 Februari – 9 Maret 2025 itu menampilkan karya lukisan dari Carla Agustian, Ella Wijt, serta Sindy Ponto dengan gaya masing-masing.
Pameran Kontemplatif Ajak Pengunjung Berhenti Sejenak
Carla, seniman asal Bandung kelahiran 1998, leluasa menorehkan charcoal alias arang pada lukisan hitam putih. Gaya realis diterapkannya pada karya berjudul 'The Loving dan The Caring' yang sama-sama berukuran 80 x 90 sentimeter dan wajah obyeknya disamarkan. Sebagian besar karya seniman lulusan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, pada 2020 itu merupakan eksternalisasi dari apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diamatinya, dengan menggunakan arang di atas kanvas sebagai bentuk ekspresi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak karyanya yang berkisar pada refleksinya, termasuk berbagai perasaan manusia yang tidak dapat diprediksi dan penuh rahasia, serta pengalaman pribadi yang intim. Kenaifan dan kesan intim dalam karyanya berubah menjadi permainan cahaya gelap dan terang, kain, dan warna akromatik. Proses penciptaan merupakan cara baginya untuk memahami dirinya sendiri. Aktif ikut pameran bersama seniman lain di berbagai kota sejak 2018, Carla telah menggelar pameran tunggal perdananya yang berjudul 'Metamorfora' pada 2023 di Galeri Ruang Dini, Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara Ella Wijt, melukis bunga pada karya berjudul 'Queens of the Night., bintang Polaris, sebuah ruangan kosong berjudul Beige Blues, serta sebatang pohon rindang bersama sepasang batu dalam “Soul Tree under the Blue Sun”. Lukisannya juga dipadukan dengan bahan-bahan yang dianggap sudah tidak berharga atau berguna oleh kebanyakan orang misalnya dari lokasi konstruksi, pabrik, pekerjaan orang lain, dan barang-barang yang ditinggalkan orang di jalan. “Karya saya adalah interpretasi dari pengalaman pribadi, puisi, mitologi, dan kewanitaan yang diekspresikan melalui lukisan dan instalasi khusus,” ujarnya lewat keterangan tertulis, Jumat 21 Februari 2025.
Adapun Sindy Ponto yang kekaryaannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan alam, membuat lukisan bergaya abstrak ekspresionis dengan warna-warna cerah seperti coretan tangan anak-anak pada tembok rumah. Karya terbarunya itu merupakan serial dengan judul Perpetual Conversation I dan II.
Karya ketiga seniman perempuan itu dengan praktik dan keunikannya masing-masing, seakan menawarkan tempat perlindungan. Sebuah ruang untuk kontemplasi, terkoneksi, dan pembaruan dari zaman yang penuh kebisingan, berlari cepat, dan terfragmentasi. Para seniman itu seperti mengajak pengunjung untuk berhenti sejenak, merenung, dan menemukan kembali hal-hal yang penting dalam hidup keseharian.
Pilihan Editor: Pameran Seniman Arkiv Vilmansa Disebut Penghormatan pada Laut